BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan
pendapat ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan tindakan seseorang adalah
kepribadiannya. Kepribadian terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang telah
dialaluinya. Bahkan sejak dari kandungan pun telah menerima berbagai pengaruh
terhadap kelakuan dan kesehatan mental. Untuk itulah perlu adanya bimbingan dan
pengajaran serta penanaman nilai-nilai agama Islam dan pembiasaan-pembiasaan
yang baik sejak lahir. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat membentuk
kepribadian manusia yang berakhlak karimah yang sesuai dengan ajaran agama.
Karena kepribadian merupakan kebiasaan yang mendapatkan
keterampilan-keterampilan gerak dan kemampuan untuk meggunakan secara sadar.
Islam
merupakan sumber utama dalam membentuk pribadi seorang muslim yang baik. Dengan
berlandasankan Al-Quran dam As-Sunnah, Islam mengarahkan dan membimbing manusia ke jalan yang diridhoi-Nya
dengan membentuk kepribadian yang berakhlak karimah. Sebagaimana sabda
Rosulullah SAW: sesungguhnya aku diutus
untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Nabi diutus oleh Allah untuk
membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga sebagai
figur konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan berbagai permasalahan yang
berkaitan dnegan jiwa manusia agar manusia terhindar dari segala sifat-sifat
yang negatif.
Oleh karena
itu, manusia diharapkan dapat saling memberikan bimbingan sesuai dengan
kapasitasnya, sekaligus memberikan konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam
menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Dengan pendekatan Islami, maka
pelaksanaan konseling akan mengarahkan klien kearah kebenaran dan juga dapat
mebimbing dan mengarahkan hati, akal dan nafsu manusia untuk menuju kepribadian
yang berkhlak karimah yang telah terkristalisasi oleh nilai-nilai ajaran Islam.
Dan hal ini perlu diperhatikan oleh seorang guru untuk menunjang kesuksesan
pendidikan Islam disekolah maupun madrasah dalam melaksanakan bimbingan dan
konseling untuk mengentaskan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta
didik serta mengarahkannya untuk membentuk insan kamil yang memiliki
kepribadian berakhlak karimah.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Bimbingan dan Konseling
dalam Islam
Kata bimbingan dan konseling
merupakan pengalihan bahasa dari istilah Inggris guidance and counseling. Pengertian Bimbingan secara etimologi
adalah menunjuk, membimbing, atau membantu. Sedangkan pengertian bimbingan secara
terminologi menurut Dr. Moh Surya (1986) bimbingan adalah suatu proses
pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam
pemahaman diri, penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam
mencapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Dan pengertian konseling secara
etimologi adalah nasehat, anjuran dan ajaran. Dengan demikian konseling dapat
diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran dan pembicaraan dengan
bertukar pikiran.[1]
Sedangkan secara terminologi pengertian konseling adalah sebagaimana berikut:
1.
C. Patterson (1959) mengemukakan bahwa
konseling ialah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang
terapis dengan satu klien atau lebih, dimana terapis menggunakan metode-metode
psikologis atas dasar pengetahuan sitematik tentang kepribadian manusia dalam
upaya meningkatkan kesehatan mental klien.
2.
Edwin C. Elwis (1970) mengemukakan bahwa
konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah dibantu secara
pribadi untuk merasa dan berprilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi
dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan
reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan prilaku yang memungkinkannya
berhubungan secara efektif dengan dirinya dan lingkungannya.
3.
Menurut Williamson, konseling diartikan
sebagai suatu proses personalisasi dan individualisasi untuk membantu seseorang
dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah. Ciri-ciri perilaku sebagai warga
negara dan nilai-nilai pribadi dan sosial serta kebiasaan dan semua kebiasaan
lainnya, mempelajari keterampilan (skill), sikap dan kepercayaan yang dapat
membantu dirinya selaku makhluk yang dapat menyesuaikan diri secara normal.
Dari pengertian-pengertian diatas
dapat ditarik garis besarnya, bahwa konseling adalah suatu aktifitas pemberian
nasihat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk
pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan klien dengan menggunakan metode-metode
psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam
upaya meningkatkan kesehatan mental klien.
Bimbingan dan konseling saling
berkaitan satu sama lain. Hal ini dikarenakan bimbingan dan konseling merupakan
suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu tekhnik dan alat
dalam pelayanan bimbingan. Dan pendapat lain yang mengatakan bahwa bimbingan
memusatkan diri pada pencegahan munculnya masalah, sedangkan konseling
memusatkan diri pada pencegahan masalah individu atau dapat dikatakan bahwa
bimbingan bersifat preventif sedangkan konseling bersifat kuratif.[2]
B.
Bimbingan dan Konseling Islami
Dalam BK Islami perlu diketahui apa
tujuan dari BK Islami tersebut. berangkat dari hal tersebut, Islam memandang
bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan sebagai
khalifah di muka bumi untuk mengabdi
kepada-Nya. Dari hal tersebut dapat dirumuskan bahwa tujuan dari bimbingan dan
konseling Islami adalah untuk meningkatkan dan menumbuhkan kesadaran manusia
tentang eksistensinya sebagai makhluk dan khalifah Allah swt di muka bumi ini,
sehingga setiap aktifitas dan tingkah lakunya tidak keluar dari tujuan
hidupnya, yakni menyembah atau mengabdi kepada Allah swt.
Secara kodrati, manusia diciptakan
oleh Allah sebagai makhluk religius yang memiliki keeksistensiannya dan hidup
secara bersama-sama. Manusia dilahirkan sebagai makhluk monopluralis yang
berunsurkan jasad dan ruh dengan disertai akal dan hati nurani dan hawa nafsu
diberi kebebasan untuk berkehendak. Akan tetapi hal tersebut menuntut adanya tanggung jawab yang harus
dipikulnya. Oleh karena itu, dengan
bimbingan dan konseling daimaksudkan agar manusia mampu memhami potensi-potensi
insaniahnya, dimensi-dimensi kemanusiaanya, termasuk memahami berbagai
persoalan hidup dan mencari alternati pemecahannya.[3]
Dengan pemahaman ajaran-ajaran Islam, secara preventif dapat mencegah manusia
dari berbagai bentuk perbuatan negatif yang dapat merugikanya dirinya maupun
orang lain. Allah berfirman dalam Al-Quran: Sesungguhnya
shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.[ QS. Al-Ankabut(29): 45]. Dan (40) Adapun orang-orang yang
takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, (41) Maka Sesungguhnya syurgalah tempat
tinggal(nya).[An-Naziat (79): 40-41]. Apabila hal tersebut terjadi maka
kebahagiaan yang hakiki yang akan diperoleh.
Di era globalisasi ini, ditemukan banyak individu yang
terbuai dengan urusan dunia sehingga melahirkan
sikap individualistik dan sifat-sifat negatif semacamnya. Sikap dan perilaku
yang demikian telah menyimpang dari perkembangan fitrah manusia yang telah
Allah berikan. Bahkan hal tersebut dapat menjauhkan hubungan manusia sebagai
hamba kepada Tuhannya meskipun hubungan sesama manusia tetap berjalan dengan
baik. Hal demikian dapat terjadi dikarenakan kekurang perhatian pendidikan dan
bimbingan yang diberikan sebelumnya terhadap hal tersebut.
Dari penjelasan diatas bahwa
konseling Islami adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi
penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga ia kembali
menyadari peranannya sebagai khalifah dibumi dan berfungsi untuk menyembah
kepada Allah swt., sehingga askhirnya tercipta kembali hubungan baik dengan
Allah, manusia dan alam semesta.
Sebagaimana yang ditegaskan oleh Moh.
Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adlah
bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari kehidupan modern dengan
kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami
oleh manusia, ternyata menimbulkan suasana kehidupan yang tidak memberikan
kebahagiaan batiniah dan hanya menimbulkan perasaan hampa. Akhir-akhir ini
sedang berkembang kecenderuangan manusia untuk menata kehidupan yang
berlandaskan pada nilai-nilai spiritual. Keadaan ini telah mendorong perkembangan
bimbingan dan konseling yang berlandaskan nilai spiritual dan religi.
Dalam agama, terutama agama Islam, menempatkan manusia pada kedudukan yang mulia. Manusia diberi jabatan oleh Allah sebagai khliafah di muka bumi dengan keistemewaan-keistemewaan yang telah dibawanya sejak lahir (fitrah). Dan fitrah tersebut tidak akan berkembang dengan tanpa adanya bimbingan dan pengajaran. Dengan perjalanan perkembangan fitrah manusia, akan menghadapi berbagai permasalaah. Dengan pendekatan agama, konselor akan dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien. Karena agama mengatur segala aspek kehidupan manusia untuk mewujudkan rasa tentram, damai dalam batin manusia dalam menuju kebahagiaan yang hakiki.
Dalam agama, terutama agama Islam, menempatkan manusia pada kedudukan yang mulia. Manusia diberi jabatan oleh Allah sebagai khliafah di muka bumi dengan keistemewaan-keistemewaan yang telah dibawanya sejak lahir (fitrah). Dan fitrah tersebut tidak akan berkembang dengan tanpa adanya bimbingan dan pengajaran. Dengan perjalanan perkembangan fitrah manusia, akan menghadapi berbagai permasalaah. Dengan pendekatan agama, konselor akan dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien. Karena agama mengatur segala aspek kehidupan manusia untuk mewujudkan rasa tentram, damai dalam batin manusia dalam menuju kebahagiaan yang hakiki.
C.
Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan
Bimbingan Konseling
Pendekatan Islami dalam bimbingan dan
konseling dapat diakaitkan dengan aspek-aspek psikologis yang meliputi pribadi,
sikap, kecerdasan, perasaan dan lain-lain yang berkaitan dengan klien dan
konselor. Bagi pribadi muslim yang berlandaskan tauhid, merupakan pribadi yang
bekerja keras untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan
percayakan kepadanya, yang mana baginya merupakan suatu ibadah. Sehingga pada
pelaksanaan bimbingan dan konseling, pribadi muslim berprinsip pada hal-hal
sebagaimana yang disampaikan oleh Nelly Nurmelly dalam papernya peran agama
dalam bimbingan konseling berikut ini:
1.
Selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar yaitu
hanya beriman kepada Allah swt.
2.
Memiliki prinsip kepercayaan, yakni beriman kepada malaikat.
3.
Memiliki prinsip kepemimpinan, yakni beriman kepada Nabi dan Rosul-Nya.
4.
Selalu memiliki prinsip pembelajaran, yakni berprinsip pada
Al-Quran.
5.
Memiliki prinsip masa depan, yakni beriman kepada hari akhir.
6.
Memiliki prinsip keteraturan, yakni beriman kepada ketentuan
Allah.
Jika seorang konselor memegang
prinsip tersebut, maka pelaksanaan bimbingan dan konseling akan mengarah kearah
kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling perlu memiliki
tiga langkah untuk mewujudkan tujuannya. Pertama,
memiliki mission statement yang
jelas yaitu daua kalimat syahadat. Kedua,
memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus simbol kehidupan
yaitu shalat lima waktu. Ketiga, memiliki
kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan puasa. Dengan
prinsip tersebut, seorang konselor dapat
menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi
(Ahlakul Karimah). Selain itu seorang konselor juga perlu mengetahhui pandangan
filsafat Ketuhanan (Theologi) karena manusia sejatinya telah membawa potensi
bertuhan sejak dilahirkan. Dalam menghadapi masalah diarahkan dengan pendekatan
agama. Yang mana dalam agama mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan,
konseling dan terapi yang didasarkan kepada Al-Quran dan As-sunnah. Dan sudah pastinya,
pelaksanaan bimbingan dan konseling ddengan pendekatan agama Islam, akan
membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan yang diridhai Allah swt.
Dalam menghadapi berbagai
permasalahan yang dihadapi manusia, agama telah mengatur berbagai aspek
kehidupan manusia untuk mewujudkan rasa damai dan tentram bagi jiwa manusia
dalam menuju kebahagiaan yang hakiki. Peranan agama Islam dalam menghadapi
kesehatan mental manusia adalah sebagaimana berikut:
1.
Ajaran Islam beserta seluruh petunjuknya yang ada di dalamnya
merupakan obat bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang terdapat
dalam jiwa manusia.
2.
Ajaran Islam memberikan bantuan kejiwaan kepada manusia dalam
menghadapi cobaan dan mengatasi
kesulitan.
3.
Ajaran Islam memberikan rasa aman dan tentram yang
menimbulkan keimanan kepada allah dalam jiwa seorang mukmin.
Bagi seorang mukmin, ketenangan jiwa, rasa aman dan
ketentraman jiwa akan terealisasi dengan keimanannyakepada Allah yang akan
membekali harapan akan pertolongan, lindungan dan penjagaan-Nya.
D.
Teori-Teori Konseling dalam Islam
Yang dimaksud dengan teori-teori
konseling dalam Islam adalah landasan yang benar dalam melaksanakan proses
bimbingan dan konseling agar dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan
perubahan-perubahan positif bagi klien mengenai cara dan paradigma berfikir,
cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara
bertingkah laku berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Allah berfirman dalam Al-Quran: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. [An-Nahl (16): 125]. Ayat tersebut menjelaskan beberapa
teori atau metode dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Teori-teori
tersebut sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Hamdani Bakran (2002) adalah
sebagaimana berikut:
1.
Teori Al-Hikmah
Sebuah pedoman, penuntun dan
pembimbing untuk memberi bantuan kepada individu yang sangat membutuhkan
pertolongan dalam mendidik dan mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat
menemukan jati diri dan citra dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi
berbagai permasalahan hidup secara mandiri. Proses aplikasi konseling teori ini
semata-mata dapat dilakukan oleh konselor dengan pertolongan Allah, baik secara
langsung maupun melalui perantara, dimana ia hadir dalam jiwa konselor atas
izin-Nya.
2.
Teori Al-Mauidhoh Hasanah
Yaitu teori bimbingan atau konseling
dengan cara mengambil pelajaran-pelajaran dari perjalanan kehidupan para Nabi
dan Rasul. Bagaimana Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara
berperasaan, cara berperilaku serta menanggulangi berbagai problem kehidupan.
Bagaimana cara mereka membangun ketaatan dan ketaqwaan kepada-Nya.
Yang dimaksud dengan Al-Mau’izhoh
Al-Hasanah ialah pelajaran yang baik dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya, yaitu
dapat membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulangi problem yang sedang
dihadapinya.
3.
Teori Mujadalah yang baik
Yang dimaksud teori Mujadalah ialah
teori konseling yang terjadi dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan.
Teori ini biasa digunakan ketika seorang klien ingin mencari suatu kebenaran
yang dapat menyakinkan dirinya, yang selama ini ia memiliki problem kesulitan
mengambil suatu keputusan dari dua hal atau lebih; sedangkan ia berasumsi bahwa
kedua atau lebih itu lebih baik dan benar untuk dirinya. Padahal dalam pandangan
konselor hal itu dapat membahayakan perkembangan jiwa, akal pikiran, emosional,
dan lingkungannya. Prinsip-prinsip dari teori ini adalah sebagai berikut:
a.
Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor;
b.
Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya
dengan baik;
c.
Saling menghormati dan menghargai;
d.
Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi
membimbing klien dalam mencari kebenaran;
e.
Rasa persaudaraan dan penuh kasih sayang;
f.
Tutur kata dan bahasa yang mudah dipahami dan halus;
g.
Tidak menyinggung perasaan klien;
h.
Mengemukakan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan tepat
dan jelas;
i.
Ketauladanan yang sejati. Artinya apa yang konselor lakukan
dalam proses konseling benar-benar telah dipahami, diaplikasikan dan dialami
konselor. Karena Allah sangat murka kepada orang yang tidak mengamalkan apa
yang ia nasehatkan kepada orang lain. Dalam firmanNya: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tiada kamu kerjakan” [Qs. Ash-Shaff: 2-3].
Teori konseling “Al-Mujadalah bil
Ahsan”, menitikberatkan kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam
keyakinan dan ingin menghilangkan keraguan terhadap kebenaran Ilahiyah yang
selalu bergema dalam nuraninya. Seperti adanya dua suara atau pernyataan yang
terdapat dalam akal fikiran dan hati sanubari, namun sangat sulit untuk
memutuskan mana yang paling mendekati kebenaran.
E.
Teknik-tekning Konseling
Konseling merupakan aktifitas untuk menciptakan
perubahan-perubahan dan
perbaikan-perbaikan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, ada perlunya dalam
pelaksanaan bimbingan dan konseling membutuhkan teknik-teknik yang memadai. Berikut ini adalah beberapa
teknik konseling sebagaimana yang telah disampaikan oleh Hamdani Bakari (2002),
yakni:
1.
Teknik yang bersifat lahir
Teknik yang bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat di lihat, di
dengar atau dirasakan oleh klien (anak didik) yaitu dengan menggunakan tangan atau lisan antara lain:
a. Dengan menggunakan kekuatan, power dan otoritas
b. Keinginan, kesungguhan dan usaha yang keras
c. Sentuhan tangan (terhadap klien yang mengalami stres dengan memijit di bagian
kepala, leher dan pundak)
d. Nasehat, wejangan, himbauan dan ajakan yang baik dan benar. Maksudnya dalam
konseling, konselor lebih banyak menggunakan lisan yang berupa pertanyaan yang
harus dijawab oleh klien dengan baik, jujur dan benar. Agar konselor bisa
mendapatkan jawaban dan pernyataan yang jujur dan terbuka dari klien, maka
kalimat yang dilontarkan konselor harus mudah dipahami, sopan dan tidak
menyinggung perasaan atau melukai hati klien. Demikian pula ketika memberikan
nasehat hendaklah dilakukan denagn kalimat yang indah, bersahabat, menenangkan
dan menyenangkan.
e. Menbacakan do'a atau berdo'a dengan menggunakan lisan
f. Sesuatu yang dekat dengan lisan yakni dengan air liur hembusan (tiupan)
2.
Teknik yang Bersifat Batin
Yaitu teknik yng hanya dilakukan dalam hati dengan do'a dan harapan namun
tidak usaha dan upaya yang keras secara konkrit, seperti dengan menggunakan
potensi tangan dan lisan. Oleh karena itulah Rosululloh bersabda "bahwa melakukan perbuatan dan perubahan
dalam hati saja merupakan selemah-lemahnya iman".
Teknik konseling yang ideal adalah dengan kekuatan, keinginan dan usaha yang
keras dan sungguh-sungguh dan diwujudkan dengan nyata melalui perbuatan, baik
dengan tangan, maupun sikap yang lain. Tujuan utamanya adalah membimbing dan
mengantarkan individu (anak didik) kepada perbaikan dan perkembangan eksistensi
diri dan kehidupannya baik dengan Tuhannya, diri sendiri, lingkungan keluarga,
lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bimbingan dan konseling dalam pendidikan
Islam ialah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pengajaran, dan pedoman
kepada peserta didik yang dapat memngembangkan potensi akal pikiran, kejiwaan,
keimanan dan keyakinannya serta dapat menanggulangi problematika dalam
keluarga, sekolah dan masyarakat dengan baik dan benar secara mandiri
berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadis. Dengan menggunakan teknik-teknik tertentu
baik yang bersifat lahir ataupun batin.
Tujuan bimbingan dan konseling pendidikan
Islam adalah membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang
berkaitan dengan kegiatan belajar / pendidikan, membantu individu memecahkan
masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar/pendidikan, dan membantu individu
memelihara situasi dan kondisi kegiatan belajar agar tetap baik dan
mengembangkannya menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bakari,
Hamdani. 2002. Konseling dan Psikoterapi
Islam. Fajar Pustaka. Yogyakarta
Fatimatuzzahro. 2011. Bimbingan dan
Konseling Dalam Pendidikan Islam. http://fatimatuzzahrofadhil.blogspot.com/2011/09/bimbingan-dan-konseling-dalam.html
Maisaroh, Siti. 2011. Bimbingan dan
Konseling Dalam Pendidikan Islam. http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2037794-bimbingan-dan-konseling-dalam-pendidikan/
Nurmelly,
Mely. 2011. Peran Agama Dalam Bimbingan
dan Konseling. Widyaswara Muda bdk. Palembang.
Rahim
Faqih, Aunur. 2001. Bimbingan dan
Konseling Dalam Islam. UII press:Yogyakarta
Tohirin.
2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah
dan Madrasah. Rajawali Pers: Jakarta
2 komentar:
keren maz almas akbar.....
Wah sangat bermanfaat neh Ilmunya, terima kasih dan salam dari Pulau Dollar
Post a Comment