Tuesday, March 27, 2012

PERANAN AGAMA ISLAM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Berdasarkan pendapat ahli jiwa, bahwa yang mengendalikan tindakan seseorang adalah kepribadiannya. Kepribadian terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang telah dialaluinya. Bahkan sejak dari kandungan pun telah menerima berbagai pengaruh terhadap kelakuan dan kesehatan mental. Untuk itulah perlu adanya bimbingan dan pengajaran serta penanaman nilai-nilai agama Islam dan pembiasaan-pembiasaan yang baik sejak lahir. Hal tersebut dimaksudkan agar dapat membentuk kepribadian manusia yang berakhlak karimah yang sesuai dengan ajaran agama. Karena kepribadian merupakan kebiasaan yang mendapatkan keterampilan-keterampilan gerak dan kemampuan untuk meggunakan secara sadar.
Islam merupakan sumber utama dalam membentuk pribadi seorang muslim yang baik. Dengan berlandasankan Al-Quran dam As-Sunnah, Islam mengarahkan dan  membimbing manusia ke jalan yang diridhoi-Nya dengan membentuk kepribadian yang berakhlak karimah. Sebagaimana sabda Rosulullah SAW: sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Nabi diutus oleh Allah untuk membimbing dan mengarahkan manusia kearah kebaikan yang hakiki dan juga sebagai figur konselor yang sangat mumpuni dalam memecahkan berbagai permasalahan yang berkaitan dnegan jiwa manusia agar manusia terhindar dari segala sifat-sifat yang negatif.
Oleh karena itu, manusia diharapkan dapat saling memberikan bimbingan sesuai dengan kapasitasnya, sekaligus memberikan konseling agar tetap sabar dan tawakal dalam menghadapi perjalanan kehidupan yang sebenarnya. Dengan pendekatan Islami, maka pelaksanaan konseling akan mengarahkan klien kearah kebenaran dan juga dapat mebimbing dan mengarahkan hati, akal dan nafsu manusia untuk menuju kepribadian yang berkhlak karimah yang telah terkristalisasi oleh nilai-nilai ajaran Islam. Dan hal ini perlu diperhatikan oleh seorang guru untuk menunjang kesuksesan pendidikan Islam disekolah maupun madrasah dalam melaksanakan bimbingan dan konseling untuk mengentaskan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh peserta didik serta mengarahkannya untuk membentuk insan kamil yang memiliki kepribadian berakhlak karimah.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Bimbingan dan Konseling dalam Islam
Kata bimbingan dan konseling merupakan pengalihan bahasa dari istilah Inggris guidance and counseling. Pengertian Bimbingan secara etimologi adalah menunjuk, membimbing, atau membantu. Sedangkan pengertian bimbingan secara terminologi menurut Dr. Moh Surya (1986) bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada  yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengerahan diri dan perwujudan diri dalam mencapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Dan pengertian konseling secara etimologi adalah nasehat, anjuran dan ajaran. Dengan demikian konseling dapat diartikan sebagai pemberian nasehat, pemberian anjuran dan pembicaraan dengan bertukar pikiran.[1] Sedangkan secara terminologi pengertian konseling adalah sebagaimana berikut:
1.      C. Patterson (1959) mengemukakan bahwa konseling ialah proses yang melibatkan hubungan antar pribadi antara seorang terapis dengan satu klien atau lebih, dimana terapis menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sitematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien.
2.       Edwin C. Elwis (1970) mengemukakan bahwa konseling adalah suatu proses dimana orang yang bermasalah dibantu secara pribadi untuk merasa dan berprilaku yang lebih memuaskan melalui interaksi dengan seseorang yang tidak terlibat (konselor) yang menyediakan informasi dan reaksi yang merangsang klien untuk mengembangkan prilaku yang memungkinkannya berhubungan secara efektif dengan dirinya dan lingkungannya.
3.      Menurut Williamson, konseling diartikan sebagai suatu proses personalisasi dan individualisasi untuk membantu seseorang dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah. Ciri-ciri perilaku sebagai warga negara dan nilai-nilai pribadi dan sosial serta kebiasaan dan semua kebiasaan lainnya, mempelajari keterampilan (skill), sikap dan kepercayaan yang dapat membantu dirinya selaku makhluk yang dapat menyesuaikan diri secara normal.
Dari pengertian-pengertian diatas dapat ditarik garis besarnya, bahwa konseling adalah suatu aktifitas pemberian nasihat dengan atau berupa anjuran-anjuran dan saran-saran dalam bentuk pembicaraan yang komunikatif antara konselor dan klien dengan menggunakan metode-metode psikologis atas dasar pengetahuan sistematik tentang kepribadian manusia dalam upaya meningkatkan kesehatan mental klien.
Bimbingan dan konseling saling berkaitan satu sama lain. Hal ini dikarenakan bimbingan dan konseling merupakan suatu kegiatan yang integral. Konseling merupakan salah satu tekhnik dan alat dalam pelayanan bimbingan. Dan pendapat lain yang mengatakan bahwa bimbingan memusatkan diri pada pencegahan munculnya masalah, sedangkan konseling memusatkan diri pada pencegahan masalah individu atau dapat dikatakan bahwa bimbingan bersifat preventif sedangkan konseling bersifat kuratif.[2]
B.     Bimbingan dan Konseling Islami
Dalam BK Islami perlu diketahui apa tujuan dari BK Islami tersebut. berangkat dari hal tersebut, Islam memandang bahwa pada hakikatnya manusia adalah makhluk Tuhan yang diciptakan sebagai khalifah di muka  bumi untuk mengabdi kepada-Nya. Dari hal tersebut dapat dirumuskan bahwa tujuan dari bimbingan dan konseling Islami adalah untuk meningkatkan dan menumbuhkan kesadaran manusia tentang eksistensinya sebagai makhluk dan khalifah Allah swt di muka bumi ini, sehingga setiap aktifitas dan tingkah lakunya tidak keluar dari tujuan hidupnya, yakni menyembah atau mengabdi kepada Allah swt.
Secara kodrati, manusia diciptakan oleh Allah sebagai makhluk religius yang memiliki keeksistensiannya dan hidup secara bersama-sama. Manusia dilahirkan sebagai makhluk monopluralis yang berunsurkan jasad dan ruh dengan disertai akal dan hati nurani dan hawa nafsu diberi kebebasan untuk berkehendak. Akan tetapi hal tersebut  menuntut adanya tanggung jawab yang harus dipikulnya.  Oleh karena itu, dengan bimbingan dan konseling daimaksudkan agar manusia mampu memhami potensi-potensi insaniahnya, dimensi-dimensi kemanusiaanya, termasuk memahami berbagai persoalan hidup dan mencari alternati pemecahannya.[3] Dengan pemahaman ajaran-ajaran Islam, secara preventif dapat mencegah manusia dari berbagai bentuk perbuatan negatif yang dapat merugikanya dirinya maupun orang lain. Allah berfirman dalam Al-Quran: Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar.[ QS. Al-Ankabut(29): 45]. Dan (40) Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, (41) Maka Sesungguhnya syurgalah tempat tinggal(nya).[An-Naziat (79): 40-41]. Apabila hal tersebut terjadi maka kebahagiaan yang hakiki yang akan diperoleh.
Di era globalisasi ini, ditemukan banyak individu yang terbuai dengan urusan dunia sehingga melahirkan sikap individualistik dan sifat-sifat negatif semacamnya. Sikap dan perilaku yang demikian telah menyimpang dari perkembangan fitrah manusia yang telah Allah berikan. Bahkan hal tersebut dapat menjauhkan hubungan manusia sebagai hamba kepada Tuhannya meskipun hubungan sesama manusia tetap berjalan dengan baik. Hal demikian dapat terjadi dikarenakan kekurang perhatian pendidikan dan bimbingan yang diberikan sebelumnya terhadap hal tersebut.
Dari penjelasan diatas bahwa konseling Islami adalah suatu usaha membantu individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga ia kembali menyadari peranannya sebagai khalifah dibumi dan berfungsi untuk menyembah kepada Allah swt., sehingga askhirnya tercipta kembali hubungan baik dengan Allah, manusia dan alam semesta.
Sebagaimana yang ditegaskan oleh Moh. Surya (2006) bahwa salah satu tren bimbingan dan konseling saat ini adlah bimbingan dan konseling spiritual. Berangkat dari kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami oleh manusia, ternyata menimbulkan suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan hanya menimbulkan perasaan hampa. Akhir-akhir ini sedang berkembang kecenderuangan manusia untuk menata kehidupan yang berlandaskan pada nilai-nilai spiritual. Keadaan ini telah mendorong perkembangan bimbingan dan konseling yang berlandaskan nilai spiritual dan religi. 
Dalam agama, terutama agama Islam, menempatkan manusia pada kedudukan yang mulia. Manusia diberi jabatan oleh Allah sebagai khliafah di muka bumi dengan keistemewaan-keistemewaan yang telah dibawanya sejak lahir (fitrah). Dan fitrah tersebut tidak akan berkembang dengan tanpa adanya bimbingan dan pengajaran. Dengan perjalanan perkembangan fitrah manusia, akan menghadapi berbagai permasalaah. Dengan pendekatan agama, konselor akan dapat mengatasi masalah yang dihadapi oleh klien. Karena agama mengatur segala aspek kehidupan manusia untuk mewujudkan rasa tentram, damai dalam batin manusia dalam menuju kebahagiaan yang hakiki.
C.    Pendekatan Islami Dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling
Pendekatan Islami dalam bimbingan dan konseling dapat diakaitkan dengan aspek-aspek psikologis yang meliputi pribadi, sikap, kecerdasan, perasaan dan lain-lain yang berkaitan dengan klien dan konselor. Bagi pribadi muslim yang berlandaskan tauhid, merupakan pribadi yang bekerja keras untuk melaksanakan tugas suci yang telah Allah berikan dan percayakan kepadanya, yang mana baginya merupakan suatu ibadah. Sehingga pada pelaksanaan bimbingan dan konseling, pribadi muslim berprinsip pada hal-hal sebagaimana yang disampaikan oleh Nelly Nurmelly dalam papernya peran agama dalam bimbingan konseling berikut ini:
1.      Selalu memiliki prinsip landasan dan prinsip dasar yaitu hanya beriman kepada Allah swt.
2.      Memiliki prinsip kepercayaan, yakni beriman kepada malaikat.
3.      Memiliki prinsip kepemimpinan,  yakni beriman kepada Nabi dan Rosul-Nya.
4.      Selalu memiliki prinsip pembelajaran, yakni berprinsip pada Al-Quran.
5.      Memiliki prinsip masa depan, yakni beriman kepada hari akhir.
6.      Memiliki prinsip keteraturan, yakni beriman kepada ketentuan Allah.
Jika seorang konselor memegang prinsip tersebut, maka pelaksanaan bimbingan dan konseling akan mengarah kearah kebenaran, selanjutnya dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling perlu memiliki tiga langkah untuk mewujudkan tujuannya. Pertama, memiliki mission statement yang jelas yaitu daua kalimat syahadat. Kedua, memiliki sebuah metode pembangunan karakter sekaligus simbol kehidupan yaitu shalat lima waktu. Ketiga, memiliki kemampuan pengendalian diri yang dilatih dan disimbolkan dengan puasa. Dengan prinsip tersebut, seorang konselor dapat  menghasilkan kecerdasan emosi dan spiritual (ESQ) yang sangat tinggi (Ahlakul Karimah). Selain itu seorang konselor juga perlu mengetahhui pandangan filsafat Ketuhanan (Theologi) karena manusia sejatinya telah membawa potensi bertuhan sejak dilahirkan. Dalam menghadapi masalah diarahkan dengan pendekatan agama. Yang mana dalam agama mempunyai fungsi-fungsi pelayanan bimbingan, konseling dan terapi yang didasarkan kepada Al-Quran dan As-sunnah. Dan sudah pastinya, pelaksanaan bimbingan dan konseling ddengan pendekatan agama Islam, akan membawa kepada peningkatan iman, ibadah dan jalan yang diridhai Allah swt.
Dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi manusia, agama telah mengatur berbagai aspek kehidupan manusia untuk mewujudkan rasa damai dan tentram bagi jiwa manusia dalam menuju kebahagiaan yang hakiki. Peranan agama Islam dalam menghadapi kesehatan mental manusia adalah sebagaimana berikut:
1.      Ajaran Islam beserta seluruh petunjuknya yang ada di dalamnya merupakan obat bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang terdapat dalam jiwa manusia.
2.      Ajaran Islam memberikan bantuan kejiwaan kepada manusia dalam menghadapi cobaan  dan mengatasi kesulitan.
3.      Ajaran Islam memberikan rasa aman dan tentram yang menimbulkan keimanan kepada allah dalam jiwa seorang mukmin.
Bagi seorang mukmin, ketenangan jiwa, rasa aman dan ketentraman jiwa akan terealisasi dengan keimanannyakepada Allah yang akan membekali harapan akan pertolongan, lindungan dan penjagaan-Nya.
D.    Teori-Teori Konseling dalam Islam
Yang dimaksud dengan teori-teori konseling dalam Islam adalah landasan yang benar dalam melaksanakan proses bimbingan dan konseling agar dapat berlangsung dengan baik dan menghasilkan perubahan-perubahan positif bagi klien mengenai cara dan paradigma berfikir, cara menggunakan potensi nurani, cara berperasaan, cara berkeyakinan dan cara bertingkah laku berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.
Allah berfirman dalam Al-Quran: serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. [An-Nahl (16): 125]. Ayat tersebut menjelaskan beberapa teori atau metode dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Teori-teori tersebut sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Hamdani Bakran (2002) adalah sebagaimana berikut:
1.      Teori Al-Hikmah
Sebuah pedoman, penuntun dan pembimbing untuk memberi bantuan kepada individu yang sangat membutuhkan pertolongan dalam mendidik dan mengembangkan eksistensi dirinya hingga ia dapat menemukan jati diri dan citra dirinya serta dapat menyelesaikan atau mengatasi berbagai permasalahan hidup secara mandiri. Proses aplikasi konseling teori ini semata-mata dapat dilakukan oleh konselor dengan pertolongan Allah, baik secara langsung maupun melalui perantara, dimana ia hadir dalam jiwa konselor atas izin-Nya.
2.      Teori Al-Mauidhoh Hasanah
Yaitu teori bimbingan atau konseling dengan cara mengambil pelajaran-pelajaran dari perjalanan kehidupan para Nabi dan Rasul. Bagaimana Allah membimbing dan mengarahkan cara berfikir, cara berperasaan, cara berperilaku serta menanggulangi berbagai problem kehidupan. Bagaimana cara mereka membangun ketaatan dan ketaqwaan kepada-Nya.
Yang dimaksud dengan Al-Mau’izhoh Al-Hasanah ialah pelajaran yang baik dalam pandangan Allah dan Rasul-Nya, yaitu dapat membantu klien untuk menyelesaikan atau menanggulangi problem yang sedang dihadapinya.
3.      Teori Mujadalah yang baik
Yang dimaksud teori Mujadalah ialah teori konseling yang terjadi dimana seorang klien sedang dalam kebimbangan. Teori ini biasa digunakan ketika seorang klien ingin mencari suatu kebenaran yang dapat menyakinkan dirinya, yang selama ini ia memiliki problem kesulitan mengambil suatu keputusan dari dua hal atau lebih; sedangkan ia berasumsi bahwa kedua atau lebih itu lebih baik dan benar untuk dirinya. Padahal dalam pandangan konselor hal itu dapat membahayakan perkembangan jiwa, akal pikiran, emosional, dan lingkungannya. Prinsip-prinsip dari teori ini adalah sebagai berikut:
a.       Harus adanya kesabaran yang tinggi dari konselor;
b.      Konselor harus menguasai akar permasalahan dan terapinya dengan baik;
c.       Saling menghormati dan menghargai;
d.      Bukan bertujuan menjatuhkan atau mengalahkan klien, tetapi membimbing klien dalam mencari kebenaran;
e.       Rasa persaudaraan dan penuh kasih sayang;
f.       Tutur kata dan bahasa yang mudah dipahami dan halus;
g.      Tidak menyinggung perasaan klien;
h.      Mengemukakan dalil-dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan tepat dan jelas;
i.        Ketauladanan yang sejati. Artinya apa yang konselor lakukan dalam proses konseling benar-benar telah dipahami, diaplikasikan dan dialami konselor. Karena Allah sangat murka kepada orang yang tidak mengamalkan apa yang ia nasehatkan kepada orang lain. Dalam firmanNya: “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat?. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan” [Qs. Ash-Shaff: 2-3].
Teori konseling “Al-Mujadalah bil Ahsan”, menitikberatkan kepada individu yang membutuhkan kekuatan dalam keyakinan dan ingin menghilangkan keraguan terhadap kebenaran Ilahiyah yang selalu bergema dalam nuraninya. Seperti adanya dua suara atau pernyataan yang terdapat dalam akal fikiran dan hati sanubari, namun sangat sulit untuk memutuskan mana yang paling mendekati kebenaran.
E.     Teknik-tekning Konseling
Konseling merupakan aktifitas untuk menciptakan perubahan-perubahan  dan perbaikan-perbaikan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, ada perlunya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling membutuhkan teknik-teknik  yang memadai. Berikut ini adalah beberapa teknik konseling sebagaimana yang telah disampaikan oleh Hamdani Bakari (2002), yakni:
1.      Teknik yang bersifat lahir
Teknik yang bersifat lahir ini menggunakan alat yang dapat di lihat, di dengar atau dirasakan oleh klien (anak didik) yaitu dengan menggunakan tangan atau lisan antara lain:
a.       Dengan menggunakan kekuatan, power dan otoritas
b.      Keinginan, kesungguhan dan usaha yang keras
c.       Sentuhan tangan (terhadap klien yang mengalami stres dengan memijit di bagian kepala, leher dan pundak)
d.      Nasehat, wejangan, himbauan dan ajakan yang baik dan benar. Maksudnya dalam konseling, konselor lebih banyak menggunakan lisan yang berupa pertanyaan yang harus dijawab oleh klien dengan baik, jujur dan benar. Agar konselor bisa mendapatkan jawaban dan pernyataan yang jujur dan terbuka dari klien, maka kalimat yang dilontarkan konselor harus mudah dipahami, sopan dan tidak menyinggung perasaan atau melukai hati klien. Demikian pula ketika memberikan nasehat hendaklah dilakukan denagn kalimat yang indah, bersahabat, menenangkan dan menyenangkan.
e.       Menbacakan do'a atau berdo'a dengan menggunakan lisan
f.       Sesuatu yang dekat dengan lisan yakni dengan air liur hembusan (tiupan)
2.      Teknik yang Bersifat Batin
Yaitu teknik yng hanya dilakukan dalam hati dengan do'a dan harapan namun tidak usaha dan upaya yang keras secara konkrit, seperti dengan menggunakan potensi tangan dan lisan. Oleh karena itulah Rosululloh bersabda "bahwa melakukan perbuatan dan perubahan dalam hati saja merupakan selemah-lemahnya iman".
Teknik konseling yang ideal adalah dengan kekuatan, keinginan dan usaha yang keras dan sungguh-sungguh dan diwujudkan dengan nyata melalui perbuatan, baik dengan tangan, maupun sikap yang lain. Tujuan utamanya adalah membimbing dan mengantarkan individu (anak didik) kepada perbaikan dan perkembangan eksistensi diri dan kehidupannya baik dengan Tuhannya, diri sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan pendidikan dan lingkungan masyarakat. 

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bimbingan dan konseling dalam pendidikan Islam ialah suatu aktifitas memberikan bimbingan, pengajaran, dan pedoman kepada peserta didik yang dapat memngembangkan potensi akal pikiran, kejiwaan, keimanan dan keyakinannya serta dapat menanggulangi problematika dalam keluarga, sekolah dan masyarakat dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur'an dan Al-Hadis. Dengan menggunakan teknik-teknik tertentu baik yang bersifat lahir ataupun batin.
Tujuan bimbingan dan konseling pendidikan Islam adalah membantu individu mencegah timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan kegiatan belajar / pendidikan, membantu individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan belajar/pendidikan, dan membantu individu memelihara situasi dan kondisi kegiatan belajar agar tetap baik dan mengembangkannya menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Bakari, Hamdani. 2002. Konseling dan Psikoterapi Islam. Fajar Pustaka. Yogyakarta
Fatimatuzzahro. 2011. Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan Islam. http://fatimatuzzahrofadhil.blogspot.com/2011/09/bimbingan-dan-konseling-dalam.html
Maisaroh, Siti. 2011. Bimbingan dan Konseling Dalam Pendidikan Islam. http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/2037794-bimbingan-dan-konseling-dalam-pendidikan/
Nurmelly, Mely. 2011. Peran Agama Dalam Bimbingan dan Konseling. Widyaswara Muda bdk. Palembang.
Rahim Faqih, Aunur. 2001. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. UII press:Yogyakarta
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Rajawali Pers: Jakarta



[1] Hamdani Bakran, 2002, Konseling & Psikoterapi Islam,(Rajawali Pers:Yogyakarta) hlm. 179
[2]Aunur Rohim Faqih, 2001, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam,(Fajar Pustaka: Yogyakarta) hlm. 2
[3] Tohirin, 2007, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (UII Pers: Yogyakarta)hlm. 51

Sunday, March 25, 2012

RESENSI BUKU Manajeen Pendidikan (Mengatasi Pendidikan Islam di Indonesia)


Rounded Rectangle: Nama  : Almas Juniar Akbar
NIM  : 09410190
Kelas/Absen : PAI-E/21
Identitas Buku
Judul               : Manajeen Pendidikan (Mengatasi Pendidikan Islam di Indonesia)
Penulis             : Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A.
Penerbit           : Kencana Predana Media Group
Bulan Terbit    : Mei 2010
Tebal Buku      : x + 326 hlm.
Sebagai sebuah proses yang berlangsung secara cepat dan dinamis, pendidikan Islam termasuk yang paling banyak yang menghadapi problematika. Berbagai aspek yang terkait dengan kegiatan pendidikan Islam, mulai dari visi, misi, tujuan, dasar, dan landasan pendidikan, tujuan kurikulum, tenaga kependidikan, menotodlogi pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi, dan pembiayaan, secara keseluruhan mengandung permasalahan yang hingga kini belum dapat dipecahkan secara tuntas. Demikian pula perhatian dan kesungguhan pihak pemerintah dan masyarakat dalam ikut serta mengatasi permasalaahn pendidikan sebagaimana yang tersebut diatas, masih merupakan persoalan yang belum terpecahkan.
Melalui buku ini penulis mencoba untuk memberikan gambaran tentang peta permasalahan pendidikan Islam tersebut serta sekaligus menawarkan alternatif pemecahannya. Secara historis, perkembangan pendidikan Islam sangat berkaitan erat dengan kegiatan dakwah Islamiyah. Pendidikan Islam berperan sebagai mediator dalam memasyarakatkan ajaran Islam kepada masyarakat. Dan tingkat pemahaman, penghayatan dan pengamalan masyarakat tergantung pada tingkat kualitas pendidikan Islam yang diterimanya.
Akan tetapi pendidikan Islam di Indonesa sering  berhadapan dengan berbagai problematika yang tidak ringan. Berbagai komponen yang terdapat dalam pendidikan Islam ini sering kali berjalan apa adanya, alami dan tradisional, serta dilakukan tanpa perencanaan dan konsep yang matang. Sehingga, dengan keadaan yang demikian, maka mutu pendidikan Islam sering kali menunjkkan keadaan yang kurang menggembirakan. Selain itu, landasan dan dasar pendidikan Islam (Al-Qur’an dan As-Sunah) belum benar-benar digunakan sebagaimana mestinya. Hal tersebut dikarenakan belum adanya sarjana dan pakar di Indonesia yang secara khusus mendalami Al-Qur’an dan As-Sunah dalam pandangan pendidikan Islam. Dan diperparah lagi dengan keminiman tenaga pendidik Islam yang professional, yakni menguasai materi ilmu yang diajarkannya secara baik dan benar, mampu mengajarkannya secara efisien dan efektif kepada para siswa, serta memiliki idealisme dan akhlak yang mulia. Begitu pula dengan metodologi pengajarannya yang masih bersifat tradisonal dan belum diarahkan pada peningkatan motivasi, kreativitas, imajinasi, inovasi, dan etos keilmuan, serta berkembangnya potensi peserta didik belum dapat dilaksanakan sebagaimana yang diharapkan.
Dalam proses sosialisasi Islam yang melalui pendidikan, selain dilakukan oleh masyarakat, pemerintah pun perlu juga memiliki andil untuk melakukannya. Karena pendidikan dan pemerintah memiliki hubungan timbal balik. Disatu sisi kualitas pemerintah tergantung pada kualitas lulusan pendidikan. disisi lain pemerintah juga mempengaruhi dunia pendidikan. dari sinilah muncul istilah politik pendidikan. politik pendidikan adalah segala usaha, kebijakan, siasat yang berkaitan dengan pendidikan. Dalam perkembangan selanjutnya politik pendidikan adalah penjelasan atau pemahaman umum yang ditentukan oleh penguasa tertinggi untuk mengarahkan pendidikan dan menentukan  tindakan dengan perangkat pendidikan dalam berbagai kesamaan dan keanekaragaman beserta tujuan dan program untuk merealisasikannya.
Dan peta konflik pendidikan Islam di Indonesia senantiasa diwarnai oleh peta perpolitikan pemerintah. Dari sejak zaman pra kemerdekaan hingga pasca reformasi, pendidikan Islam masih berada dalam posisi yang secara umum belum berpihak pada pemberdayaan umat. Pendidikan lebih merupakan alat pemerintah untuk menggiring rakyat dan umat kepada tujuan politik yang diinginkan.
Salah satu masalah yang sering diungkapkan oleh pengamat pendidikan Islam adalah kekurangan jam pelajaran untuk pengajaran agama Islam yang disediakan oleh sekolah-sekolah umum. Masalah inilah yang dianalisir sebagai penyebab utama timbulnya kekurangan pelajar memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran agama. Sehingga para pelajar  tidak memiliki bekal yang memadai untuk membentengi dirinya dari berbagai pengaruh negative yang disebabkan oleh arus globalisasi yang menerpa kehidupan manusia. Untuk menyiasati kekurangan jam pelajaran agama tersebut, perlu dilakuakan dan dikembangkan  dengan mencari cara lain yang lebih efektif sesuai dengan perkembangan zaman. Dan beliau memberikan alternatif yang berupa, mengubah orientasi dan focus pengajaran agama yang semula bersifat subject matter oriented menuju pengajaran agama yang berorientasi pada pengalaman dan pembentukan sikap keagamaan melalui pembiasaan hidup sesuai dengan nilai-nilai agama, menambah jam pelajaran agama yang diberikan diluar jam pelajaran yang telah ditetapkan, meningkatkan perhatian, kasih sayang, bimbingan dan pengawasan oleh orang tua murid, melaksanakan tradisi keislaman yang didasarkan kepada Al-Qur’an dan As-Sunah yang disertai dengan penghayatan makna dan pesan moral yang terkandung didalamnya. Pembinaan sikap keagamaan melalui media masa.
Dalam menyikapi permasalahan metodologi pengajaran Islam, beliau manawarkan solusi yang berupa Quantum Teaching, yakni dengan memadukan dan menyempurnakan metode-metode pengajaran yang telah ada sebelumnya. Dan hal yang penting pula adalah pengajaran Islam perlu memperhatikan pembinaan kecerdasan emosional, yang diharapkan dapat mencetak lulusan yang dapat meraih kesuksesan dalam hidupnya.
Perkembangan di era globalisasi ini mempunya pengaruh yang sangat kuat terhadap dunia pendidikan. berbagai aspek yang berkaitan dengan pendidikan perlu diadakan penataan ulang yang sesuai dengan perubahan dan tuntutan zaman tersebut. Hal ini perlu dilakukan agar pendidikan Islam tetap bertahan secara fungsional dalam memandu perjalanan umat manusia. Dalam hal tersebut perlu dilakukan beberapa uapaya yang strategis, antara lain: pertama, pendidikan diupayakan melahirkan manusia yang kreatif, inovatif, mandiri dan produktif. Kedua, guru perlu memiliki informasi, berakhlak mulia dan mampu menyampaikan secara metodologis, juga mampu mendaya gunakan tekhnologi dan berbagai sumber informasi dalam kegiatan belajar mengajajar. Ketiga, bahan pelajaran umum dan agama perlu diintegrasikan dan diberikan kepada siswa sebagai bekal yang menyeluruh.
Selain permasalah-permasalah diatas penulis juga menyikapi berbagai permasalahan berbagai aspek pendidikan yang berupa tenaga kependidikan yang harus memegang teguh kode etik dan peningkatan mutu profesionalismenya serta mampu mendidik kader-kader penerus bangsa, pendidikan dan moral bangsa yang diorientasikan pada nilai-nilai agama Islam yang ditujukan untuk membentuk, etika, moral, budaya dan akhlak bangsa, organisasi dan metodologi pengajaran sebagai sarana keagamaan dan pembentukan kristalisasi nilai-nilai keagamaan pada siswa, dan materi pokok pendidikan Islam yang diorientasikan pada pentauhidan Allah dan memahami Al-Qur’an dan Hadist.
Dan dalam bukunya, beliau pun mencoba memaparkan solusi untuk memajukan pendidikan Islam sebagai pendidikan yang unggul setelah melihat pendidikan Islam yang masih tertinggal dan menghadapi berbagai macam problema. Sebagai mana yang diuraikan, pendidikan agama memiliki andil yang sangat besar dalam pembentukan karakter bangsa, untuk itu pendidikan agama perlu memiliki kualitas yang tinggi agar dapat mencapai tujuan tersebut. Dan untuk itu pulalah perlu adanya manajemen pendidikan yang modern dan berkualitas.
Dalam menjelaskan dan memaparkan bahasan manajemen pendidikan ini, penulis mencoba mengulas berbagai persoalan manajemen pendidikan Islam dnegan bahasa yang mudah dipahami dan tersusun secara sistematis. Pembahasan pun mencangkup berbagai manajemen pendidikan agama di Indonesia dari pra kemerdekaan hingga masa kini di era globalisas. Sehingga buku ini masih relevan dan cocok untuk dijadikan rujukan perkuliahan. Selain itu, setiap pembahasan, penulis juga memberikan kesimpulan di akhirnya, sehingga pembaca akan lebih mudah memahami dan menghayati dari setiap pembahasan yang telah disampaikan.

Saturday, March 24, 2012

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA BAGI MAHASISWA



Bahasa Indonesia merupakan produk bahasa yang lahir di bangsa Indonesia sendiri. Bahasa Indonesia tidak lahir begitu saja, namun juga melalui proses yang panjang. Bahkan hingga sekarang, bahasa Indonesia masih terus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, setiap saat bahasa Indonesia dapat bertambah kosa katanya. Perkembangan zaman yang cepat terutama di era globalisasi ini menuntut bahasa Indonesia untuk selalu berbenah sehingga dapat menampung berbagai macam istilah-istilah baru yang tidak terdapat dalam bahasa Indonesia.
Bahasa ini digunakan untuk menyatukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia sendiri terdiri dari berbagai macam suku bangsa yang setiap suku tersebut memiliki bahasa daerah masing-masing. Oleh karena itu, salah satu upaya untuk menyatukan bahasa-bahasa tersebut ialah melalui bahasa Indonesia
Berbagai macam fungsi bahasa Indonesia, salah satunya yang telah disebutkan di atas yaitu sebagai pemersatu bangsa. Selain itu ada beberapa fungsi bahasa Indonesia, salah satunya yaitu sebagai bahasa baku dalam penulisan karya ilmiah. Penulisan karya ilmiah dianjurkan untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun juga perlu diketahui, penulisan karya ilmiah tingkat internsional harus menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Meskipun demikian, karya ilmiah tersebut hendaknya juga ditulis dalam bahasa Indonesia agar anak negeri juga dapat mempelajari karya tersebut. Masih banyak lagi fungsi dari bahasa Indonesia, seperti menumbuhkan sikap nasionalisme, cinta produk sendiri (produk-produk Indonesia dan lain-lain), bahasa dalam forum formal, bahasa dalam kegiatan belajar mengajar, dan lain sebagainya.
            Melihat dari berbagai fungsi di atas, maka Bahasa Indonesia perlu untuk dipelajari. Bahkan dari SD hingga perguruan tinggi, pelajaran dan kuliah bahasa  Indonesia masih diberikan. Hal ini penting untuk mengenalkan dan melatih para siswa agar dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. 
Dalam maraknya era globalisasi masa kemajuan informatika dan komuniakasi setiap individu dituntut untuk menyumbangkan karya kreativitasnya dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Terutama bagi kalangan mahasiswa yang dituntut untuk selalu berkarya baik berbentuk tulis maupun non tulisan. Akan tetapi dalam dunia tulis menulis di kalangan mahsasiswa, masih banyak kerancuan-kerancuan yang menyimpang dari kaidahnya dalam tulisan-tuliasan. Apa lagi budaya menulis yang sesuai kaidah EYD sudah mulai terlupakan akibat dari kemajuan tekhnologi dan informatika yang bersifat instan. Selain itu gairah tulis menulis telah mengalami penurunan, sehingga tidak heran dalam kalangan mahasiswa lebih menyukai copy paste dari karya orang ataupun membeli karya orang yang diaku sebagai karyanya.
Padahal dengan kemajuan tekhnologi dan informatika, membuka lahan yang seluas-luasnya bagi manusia untuk terus berkarya dan menuangkannya segala bentuk kreativitasnya, terutama dalam bentuk tulisan. Misalnya dalam dunia internet tersedia berbagai informasi yang dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta wadah yang siap menampung segala kreativitas dan uneg-uneg manusia yang berupa tulisan seperti situs blog maupun jejaring social. Akan tetapi kebanyakan mahasiswa Indonesia masih mengenyampingkannya dan belum dapat menggunakannya secara maksimal sebagai media mempublik karya.
Gairah tulis menulis bagi mahasiswa Indonesia masih tergolong rendah. Dan adapun tulisan-tulisan yang dikaryakannya pun masih mengalami kerancuan bahasa yang menyimpang dari kaidah EYD. Untuk itulah perlu adanya mata kuliah bahasa Indonesia bagi mahasiswa.
Akan tetapi sudah tentunya mahasiswa yang telah melewati jenjang SD hingga SMA telah menerima pelajaran bahasa Indonesia dari A sampai Z. Dan apakah di perguruan tinggi ini hanya mengulangi materi yang teah disampaikan layaknya di sekolah-sekolah? Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, pada umumnya dosen mengajarkan kembali  materi mata kuliah sebagai mana yang telah disampaikan para guru bahasa Indonesia di SD hingga SMA. Para dosen kembali mengajarkan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Pedoman Umum  Ejaan yang Disempurnakan, dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Tidak jarang mahasiswa diperlakukan seperti mahasiswa Jurusan Bahasa Indonesia di Fakultas Sastra dan Bahasa. Seolah-olah mereka dididik menjadi calon ahli bahasa atau calon sarjana Bahasa Indonesia. Oleh karena materi yang sama telah mereka peroleh sebelumnya, maka banyak mahasiswa baru yang mengikuti kuliah Bahasa Indonesia dengan setengah hati atau merasa sangat terpaksa, demi nilai atau indeks prestasi belaka. Sehingga tidak diherankan jika mahasiswa mengalami kejenuhan dalam belajar bahasa Indonesia. Akan tetapi apakah para mahasiswa telah mampu berbahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik yang berupa tuliasan maupun lisan? Banyak riset yang memaparkan sebagaimana yang disampaikan oleh S. Sahala Tua Saragih dalam tulisannya “mahasiswa dan bahasai Indonesia” bahwa sebagian besar mahasiswa belum mampu menggunakan bahasa Indonesia secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar.
Untuk itu, mahasiswa non bahasa perlu dilatih secara intensif berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Dan hal tersebut sudah menjadi konskwensi para dosen, baik dosen pengampu bahasa Indonesia maupun yang lain. Artinya, setiap dosen baik pengampu mata kuliah bahasa Indonesia maupun yang lain harus mampu mendidik para mahasiswa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam konteks ilmu atau program studi masing-masing. Dengan kata lain, setiap dosen harus mampu menjadi dosen Bahasa Indonesia. Selain itu para mahasiswa pun perlu mendapatkan pelatihan jurnalistik maupun berkarya ilmiah serta mendapatkan wadah untuk berkreasi mengeluarkan segala kreativitasnya. Sehingga nantinya dalam penulisan karya ilmiah, mahasiswa mampu membuat karya ilmiah dengan penuturan bahasa Indonesia yang baik dan benar tanpa tedeng-tedeng copy paste maupun plagiasi.

RESENSI BUKU Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah


RESENSI BUKU
Identitas Buku
Judul Buku      : Bimbingan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi)
Penulis             : Drs. Tohirin, M. Pd.
Penerbit           : PT. Raja Grafindo Persada Jakarta
Tahun Terbit    : 2007
Tebal Buku      : xxvi+364 hlm.
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK), berbagai persoalan pun terus bermunculan dengan segala kompleksitasnya. Dunia pendidikan tampaknya masih belum sepenuhnya mampu menjawab berbagai persoalan akibat perkembangan IPTEK, indikasinya adalah munculnya berbagai penyimpangan perilaku dikalangan peserta didik. Dan selain itu, potensi siswa sebagai individu juga belum terkembangkan dan tersalurkan secara optimal melalui proses pendidikan dan pembelajaran dikelas.
Guna memecahkan persoalan-persoalan tersebut, proses pendidikan dan pembelajaran perlu bersinergi dengan pelayanan bimbingan dan konseling. Optimalisasi pelayanan di sekolah dan madrasah perlu dilakukan, sehingga pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah benar-benar memberikan kontribusi pada pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah dan madrasah yang bersangkutan. Optimalisasi pelayanan bimbingan dan konseling (BK) di sekolah dan madrasah perlu didukung oleh sumber daya manusia yang memadai. Berdasarkan hal tersebut, Drs. Tohirin mencoba memaparkan penjelasan-penjelasan tentang bimbingan dan konseling bagi sekolah dan madrasah yang berbasis pada integrasi yang dimaksudkan sebagai bekal bagi para konselor di sekolah dan madrasah.
Didalam bukunya, beliau menjelaskan bahwa bimbingan sangat berkaitan erat dengan pendidikan. mengapa diperlukan bimbingan konseling di sekolah maupun madrasah? Hal tersebut dilator belakangi dengan berbagai fenomena yang terjadi pada peserta didik yang melakukan perilaku menyimpang, degradasi moral, strees dan lain-lain. Selain itu juga dilatar belakangi dengan perkembangn IPTEK yang semakin maju yang menimbulkan perubahan-perubahan pada berbagai aspek kehidupan serta makna dan fungsi pendidikan yang hakikatnya sangat berkaitan dengan kebutuhan layanan bimbingan dan konseling. Begitu pula dengan tugas dan tanggung jawab guru sebagai pendidik, yakni mendidik sekaligus mengajar (membantu peserta didik untuk mencapai kedewasaan), dan membimbing. Dan juga dilatar belakangi oleh faktor psikologis yang dialami oleh siswa sebagai pribadi yang memiliki segala karakteristik yang unik dan dilator belakangi oleh perkembangan individu, masalah perbedaan individu, masalah kebutuhan individu, masalah penyesuaian diri dan masalah belajar.
Adapaun pengertian bimbingan dan konseling sendiri, Drs. Tohirin mengungkapkan dalam bukunya sebagaimana berikut. Bimbingan adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada terbimbing agar individu yang dibimbing mencapai perkembangan yang optimal. Sedangkan konseling adalah kontak timbal balik antara dua orang (konselor dan klien) untuk menangani masalah klien, yang didukung oleh keahlian dan dalam suasana yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan yang berguna bagi klien. Dari pengertian tersebut pengertian bimbingan dan konseling adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri.
Bimbingan dan konseling, khususnya di sekolah dan madrasah memiliki tujuan agar tercapai perkembangan yang optimal pada individu yang dibimbing. Sedangkan fungsi bimbingan dan konseling adalah (1) fungsi pencegahan, (2) pemahaman, (3) pengentasan, (4) pemeliharaan, (5) penyaluran, (6) penyesuaian, (7) pengembangan, (8) perbaikan dan (9) advokasi. Dari tujuan dan fungsi bimbingan dan konseling tersebut, beliau merelevansikannya dengan nilai Islam yang berupa fitrah. Fitrah manusia merupakan potensi yang perlu dikembangkan dan diarahkan agar dapat mencapai ridho-Nya.
Sasaran bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah adalah tiap-tiap pribadi siswa secara perorangan, dalam arti mengembangkan apa yang ada pada diri tiap-tiap individu (siswa) secara optimal agar  masing-masing individu dapat berguna bagi dirinya sendiri, lingkungannya, dan masyarakat pada umumnya. Dan hal tersebut memiliki beberapa tahapan, yakni (1) pengungkapan, pengenalan dan penerimaan diri, (2) pengenalan lingkungan, (3) pengambilan keputusan, (4) pengarahan diri dan (5) eksistensi diri (perwujudan diri). Pelayanan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah pun mempunyai ruang lingkup yang luas dan dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu segi fungsi, sasaran, layanan dan masalah.
Dalam memberikan pelayanan BK disekolah dan madrasah secara profesional, terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan. Prinsip-prinsip tersebut dijadikan pedoman dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling. Adapun prinsip-prinsip tersebut adalah (1) prinsip-prinsip umum,(2) prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan individu (siswa), (3) prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan pembimbing, (4) prinsip-prinsip khusus yang berhubungan dengan organisasi dan administrasi bimbingan dan konseling. Selain prinsip diatas, untuk mencapai bimbingan dan konseling yang profesional pun perlu memperhatikan asas-asasnya, yaitu (1) asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan individu (siswa), (2) asas-asas bimbingan dan konseling yang berhubungan dengan praktik atau pekerjaan bimbingan. Dan bimbingan dan konseling sebagai layanan kemanusiaan memiliki landasan-landasan yang perlu diperhatikan, yakni (1) landasan filosofis, (2) landasan religius, (3) landasan psikologis, (4) landasan sosial budaya, (5) landasan ilmiyah dan tekhnologi, serta (6) landasan pedagogis.
Petugas bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah dapat dikatakan profesional jika telah memenuhi beberapa persyaratan. Adapun persyaratan tersebut atas dasar kualifikasi (1) kepribadian, (2) pendidikan, (3) pengalaman, (4) kemampuan. Selain itu, petugas pun memerlukan beberapa keterampilan untuk menjadi petugas BK profsional. Adapun kterampilan tersebut terdiri dari tiga tahap, yang pertama adalah tahap awal, diantaranya adalah keterampilan attending, keterampilan mendengarkan, keterampilan berempati, keterampilan eksplorasi, keterampilan refleksi, keterampilan bertanya, keterampilan menangkap pesan utama, keterampilan memberikan dorongan minimal. Kedua tahap pertengahan, yaitu keterampilan menyimpulkan sementara, keterampilan memimpin, keterampilan memfokuskan, keterampilan melakukan konfrontasi, keterampilan menjernihkan, keterampilan memudahkan, keterampilan mengarahkan, keterampilan memberikan dorongan, keterampilan sailing, keterampilan mengambil inisiatif, keterampilan memberi nasehat, keterampilan memberi informasi, keterampilan menafsirkan. Ketiga tahap akhir, yakni keterampilan menyimpulkan, keterampilan merencanakan, keterampilan menilai, keterampilan mengakhiri konseling.
Bidang-bidang pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah mencangkup bidang pengembangan pribadi, pengembangan sosial, pengembangan kegiatan belajar, pengembangan karier, pengembangan kehidupan berkeluarga, pengembangan kehidupan beragama. Sedangkan jenis-jenis pelayananya adalah layanan orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling perorangan, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konsultasi dan yang terahir adalah layanan mediasi.
Pelayanan bimbingan dan konseling  disekolah dan madrasah pada saat ini sudah cenderung lebih baik daripada sebelumnya. Akan tetapi pandangan negatif dan kesalahan persepsi masih sering terjadi. Untuk menanggulangi hal tersebut maka perlu diadakan pengantar urgensi program bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Selain itu, melihat kinerja petugas layanan dan bimbingan di sekolah dan madrasah yang belum profesional pun dapat mempengaruhi citra layanan bimbingan dan konseling di sekolah dan madrasah. Untuk itu, seorang BK harus benar-benar menjalankan tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawabnya secara  baik, menyusun program layanan BK sesuai lingkup dan bidang layanan BK serta mengidentifikasi berbagai permasalahaan dan kasus-kasus siswa. Dengan terwujudnya hal tersebut, maka persepsi negatif terhadap layanan BK tidak akan terjadi.
Selain itu, agar layanan BK disekolah dapat berjalan secara efektif dan efisien dan mencapai tujuan yang ditetapkan, maka  harus disusun programnya secara terencana dan sistematis serta memerlukan manajemen layanan BK baik. Adapun dalam proses BK, terdapat beberapa metode yang dapat digunakan, yang diantaranya adalah metode bimbingan kelompok dan metode bimbingan individual. Sedangkan langkah-langkah konseling adalah yang pertama menentukan masalah, kedua pengumpulan data, ketiga analisis data, keempat analisis, kelima prognosis, keenam terapi dan terakhir evaluasi atau follow up.
Penulis dalam menjelaskan bimbingan dan konseling disekolah dan madrasah secara gamblang dan sistematis. Sehingga dengan mudah dan nyaman pembaca dapat mengerti dan memahami. Adapun pembahasan-pembahasannya, mengintegrasikan antara nilai-nilai keislaman dengan sains modern dan yang sesuai dengan tuntunan silabus mata kuliah sehingga cocok sekali untuk dijadikan referensi bagi mahasiswa.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host