Monday, March 21, 2011

GERAKAN SOSIAL
oleh: chuenk alfazaeni

.A.  Latar Belakang
Sebagai bagian dari sebuah gerakan sosial, gerakan mahasiswa tahun 1998 merupakan sebuah contoh gerakan sosial yang berhasil dalam misinya. Memang tidak semua slogan yang diinginkan dalam gerakan mahasiswa bisa terwujud namun langkah-langkah dan karakteristik yang diambil dalam aksi unjuk rasa mahasiswa Indonesia selama tahun 1998 menunjukkan sebuah ciri-ciri gerakan sosial.
Saat Presiden Soeharto mengundurkan diri 21 Mei 1998, gerakan mahasiswa yang marak di hampir seluruh kampus di Indonesia mencapai klimaksnya. Sesudah itu perlahan-lahan situasi kampus kembali ke kehidupan perkuliahan.Boleh dikatakan, gerakan sosial seperti itu seperti sebuah gerakan resi yang turun gunung manakala situasi membahayakan negara memanggilnya. Begitu persoalan utama selesai yakni mundurnya Presiden Soeharto, maka mereka kembali ke tempat semula, bekerja seperti biasa. Sebuah gerakan sosial yang maha besar – meski sesaat -seperti diperlihatkan oleh ratusan ribu mahasiswa adalah fenomena menarik dalam kehidupan masyarakatIndonesia yang sering dikatakan paternalistik.
Mahasiswa yang muncul sebgai suatu segmen masyarakat yang terdidik, terpengaruh budaya pendidikan Barat dan belajar menganalisa masyarakatnya keluar dari tradisi-tradisi umumnya yang ingin menempatkan “pemerintah” sebagai sebuah institusi yang serba benar.
Dalam kamus sosial di Indonesia, jarang sekali pemberontakan itu muncul dari sebuah kalangan tanpa didahului penindasan. Namun dalam kasus kebangkitan mahasiswa yang berlangsung dalam tempo singkat, peruabahn terwujud karena gerakan sosial mahasiswa hidup dalam lingkungan yang sudah matang. Lingkungan itu antara lain, pengaruh krisis moneter yang sudah sangat akut, macetnya mesin-mesin politik dalam perbaikan negara, ketakutan masyarakat terhadap aparat pemerintah dan trauma masa lalu yang dialami aktivis memunculkan kekuatan baru dalam segmen masyarakat yang disebut mahasiswa.Jika dilihat lebih dekat, bahkan dunia mahasiswa sendiri tidak bebas dari pendangkalan politik.
Sejak NKK/BKK diberlakukan terhadap kampus untuk meredam pengaruh politik dari ormas-ormas yang ada atau pengaruh dari pesaing politik yang anti atau vokal terhadap kebijakan pemerintah, mahasiwa disibukkan oleh urusan kuliah. Sistem SKS yang diberlakukan telah mendorong mereka untuk mencurahkan perhatian semata-mata pada perkuliahan. Kegiatan ekstrakulikuler dan keorganisasian mahasiswa lainnya dipersulit untuk dikatakan tidak dilarang sama sekali. Oleh karena itulah generasi NKK/BKK itu melahirkan mahasiswa yang manut terhadap kekuatan pemerintah atau bahkan mungkin penakut.
Situasi ini menciptakan iklim dimana mereka alergi terhadap isu-isu dan diskusi politik. Bahkan diskusi tentang politik di kampuspun menjadi sesuatu yang dicurigai aparat keamanan karena ditakuti akan menyebarkan benih-benih anti pemerintah.Setelah sekian lama konsep pelumpuhan daya dobrak dan daya kritik mahasiswa terhadap negaranya, ternyata karakter alamiah yang melekat pada kampus tidak luntur. Daya kritis masih tetap ada dan hidup baik dunia akademis. Sebagian pengajar malah masih menyuarakan pandangan-pandangan kritis dan oposan terhadap sejumlah kebijakan pemerintah.
Sikap-sikap kritis inilah yang meskipun skalanya kecil tetap menghidupkan suatu cita-cita ideal tentang kampus dan masyarakatnya yang demokratis, maju, makmur dan modern.Pertanyaan-pertanyaan yang “nakal” pun tentang situasi di seputarnya, terutama elit politik dan ekonomi di Indonesia, tidak padam begitu saja. Terbukti meski diredam dengan segala daya – baik peraturan, kultur menakutkan dan sanksi terhadap aktivis mahasiswa – tidak memudarkan citra kampus sebagai sebuah lembaga agen perubahan.
Di sinilah barangkali analisa terhadap karakter dan daya dobrak gerakam sosial menjadi menarik.Sebagai bagian dari masyarakat akademis yang senantiasa kritis dan ditantang untuk berpikir – terutama di kampus-kampus prestisius serta oleh lulusan lua negeri – para mahasiswa ini tidak bisa begitu saja melihat NKK menjadi sebuah lembaga yang tak bisa diganggu gugat.
Apalagi dengan krisis moneter yang meledak Juli 1997 makin menjadi-jadi di bawah Orde Baru. Maka kemudian lahirlah sebuah gerakan sosial yang memiliki ciri-ciri mengarah pada perbuhahan reformatif.Risalah singkat ini akan berusaha mengungkapkan apa yang dimaksud dalam gerakan sosial. Bab I akan menguraikan definisi dari sebuah gerakan sosial. Definisi ini memang melahirkan konsekuensi tentang makna sebuah gerakan itu.
Dalam Bab II penulis akan menguraikan karakteristik dari sebuah gerakan sosial. Dari ciri-ciri yang muncul dalam sebuah gerakan sosial diharapkan bisa dipahami apakah sebuah gerakan itu berlandaskan kelas, etnik atau motif politik.
Bab III akan mengupas kehidupan dalam sebuah gerakan sosial termasuk didalamnya soal taktik dan strategi, masalah pengorganisasian gerakan sosial dan manajemen gerakan.
Bab IV meninjau soal perubahan sosial dan gerakan sosial. Sebagai sebuah gerakan yang menghendaki perubahan kemudian bagaimana perubahan itu bisa berjalan. Dalam bab ini akan diulas pula mengenai pengaruh lingkungan internasional terhadap gerakan sosial.
Bab V akan berusaha menyimpulkan mengenai ciri dan makna gerakan sosial dalam masyarakat. Tampaknya karena sifat masyarakat yang terus berubah dan sebagian lagi tak menginginkan perubahan, maka gerakan sosial akan muncul dalam masyarakat manapun meski kadarnya berbeda-beda.
BAB I
A.    Definisi Gerakan Sosial
Gerakan sosial termasuk istilah baru dalam kamus ilmu-ilmu sosial. Meskipun demikian di lingkungan yang sudah modern seperti di Indonesia fenomena munculnya gerakan sosial bukanlah hal aneh. Misalnya ketika kenaikan tarif listrik sudah terlalu tinggi kemudian muncul nama seperti Komite Penurunan Tarif Listrik.Model-model aksi sosial seperti terjadi dalam kasus penggusuran tanah di Kedung Ombo atau lahan yang dijadikan lapangan golf sehingga melahirkan sejumlah aktivitas masyarakat yang berusaha menolak “pemaksaan” itu sudah menjadi bagian dari pemberitaan media massa.
Presiden Soeharto saat menjadi presiden bahkan mencap mereka yang bertahan di Kedung Ombo yang dijadikan bendungan itu sebagai orang-orang PKI. Label ini telah mematahkan semua aksi perlawanan terhadap aparat pemerintah. Perlawanan atau desakan untuk mengadakan perubahan seperti itu dapat dikategorikan sebuah gerakan sosial. Beberapa gerakan sosial dan bahkan individu terlibat dalam usaha mendukung masyarakat Kedung Ombo yang disuruh transmigrasi tapi tetap ingin tinggal di kampung halamannya. Sikap gerakan masyarakat dan tokoh lembaga swadaya masyarakat itulah yang memberi warna pada munculnya gerakan perlawanan terhadap penguasa. Di sini jelas bahwa gerakan sosial memang lahir dari situasi yang dihadapi masyarakat karena adanya ketidakadilan dan sikap sewenang-wenang terhadap rakyat.
Dengan kata lain gerakan sosial lahir sebagai reaksi terhadap sesuatu yang tidak diinginkannya atau menginginkan perubahan kebijakan karena dinilai tidak adil. Biasanya gerakan sosial seperti itu mengambil bentuk dalam aksi protes atau unjuk rasa di tempat kejadian atau di depan gedung dewan perwakilan rakyat atau gedung pemerintah.Namun demikian label kepada masyarakat Kedung Ombo yang membangkang terhadap pemerintah karena sikapnya yang tidak adil itu berakhir manakala era reformasi lahir akibat gerakan sosial lainnya. Setelah Mei 1998, gerakan sosial semakin marak dan ketidakadilan atau ketidakpuasan yang muncul jauh sebelum 1998 dibongkar untuk dicari penyelesaiannya.
Situasi itu menunjukkan bahwa dimana sistem politik semakin terbuka dan demokratis maka peluang lahirnya gerakan sosial sangat terbuka. Berbagai gerakan sosial dalam bentuk LSM dan Ormas bahkan Parpol yang kemudian menjamur memberikan indikasi bahwa memang dalam suasana demokratis maka masyarakat memiliki banyak prakarsa untuk mengadakan perbaikan sistem atau struktur yang cacat.Dari kasus itu dapat kita ambil semacam kesimpulan sementara bahwa gerakan sosial merupakan sebuah gerakan yang lahir dari dan atas prakarsa masyarakat dalam usaha menuntut perubahan dalam institusi, kebijakan atau struktur pemerintah.
Di sini terlihat tuntutan perubahan itu biasanya karena kebijakan pemerintah tidak sesuai lagi dengan konteks masyarakat yang ada atau kebijakan itu bertentangan dengan kehendak sebagian rakyat.Karena gerakan sosial itu lahir dari masyarakat maka kekurangan apapun di tubuh pemerintah menjadi sorotannya. Jika tuntutan itu tidak dipenuhi maka gerakan sosial yang sifatnya menuntut perubahan insitusi, pejabat atau kebijakan akan berakhir dengan terpenuhinya permintaan gerakan sosial. Sebaliknya jika gerakan sosial itu bernafaskan ideologi, maka tak terbatas pada perubahan institusional tapi lebih jauh dari itu yakni perubahan yang mendasar berupa perbaikan dalam pemikiran dan kebijakan dasar pemerintah.
Namun dari literatur definisi tentang gerakan sosial ada pula yang mengartikan sebagai sebuah gerakan yang anti pemerintah dan juga pro pemerintah. Ini berarti tidak selalu gerakan sosial itu muncul dari masyarakat tapi bisa pula hasil rekayasa para pejabat pemerintah atau penguasa.Jika definisi digunakan maka gerakan sosial tidak terbatas pada sebuah gerakan yang lahir dari masyarakat yang menginginkan perubahan pemerintah tapi juga gerakan yang berusaha mempertahankan kemauannya. Jika ini memang ada maka betapa relatifnya makna gerakan sosial itu sebab tidak selalu mencerminkan sebuah gerakan murni dari masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Gerakan Kelas dan Etnik
Dalam sejarah modern dikenal ada ada dua jenis gerakan sosial yakni gerakan kelas dan gerakan kelompok etnik. Contoh gerakan sosial adalah antara kelas menengah lawan kelas dan kaum bangsawan, kelas petani lawan tuan tanah, kelas pekerja lawan majikan, petani lawan tengkulak dan petty bourgeoisie (borjuis kecil) lawan pengusaha besar.
Mungkin lebih luas lagi kelas miskin lawan kelas kaya. Para pendukung gerakan kelas ini adalah mereka yang mendapatkan keuntungan ekonomi dan kemajuan sosio-ekonomi, merasa tereksploitasi dan secara politis tertekan. Beberapa gerakan, khususnya gerakan tandingan dan gerakan protes berasal dari kelas yang secara sosioekonomis mundur. Oleh sebab itulah, gerakan buruh Eropa mulai dari para pengrajin yang kehilangan kemerdekaan ekonomi dan pekerja terampil yang terwakili dalam ekonomi dan elit intelektual protelariat. Perbedaan harus dibuat antara gerakan petani dan gerakan petani besar (farmer). Yang pertama terjadi di masyarakat dimana tanah adalah properti kelas penguasa yang tidak selalu terlibat dalam pertanian namun menyewakan atau mendapatkan pendapatan uang tunai atau sejenisnya atau jasa dari petani.
Tipe gerakan petani bertujuan menghapuskan kewajiban-kewajiban ini dan mengembalikan tanah ke pemilik sebenarnya. Ketika petani dan tuan tanah berasal dari kelas berbeda seperti terjadi di beberapa negara Amerika Latin dan negara jajahan, maka konflik itu menjadi tajam. Sebaliknya, gerakan petani modern khususnya terjadi dikalangan petani komersial di satu kawasan panen dimana kerawanan ekonomi hadir. Kecuali adanya petani garapan yang luas, masalah tanah tidak muncul. Isu yang muncul biasanya tentang harga, tingkat bunga dan pajak. Target utama juga adalah pedagang, kreditor dan pemerintah.
Gerakan petani modern sebagai penguasa tidak mengembangkan ideologi yang rinci namun mengangkat tuntutan-tuntutan konkret sehingga lebih dekat dengan gerakan protes. Namun jika penderitaan mereka tidak bisa dihindari, bahkan petani modern menjadi terbuka terhadap gerakan ideologis radikal. Misalnya terjadi pada gerakan petani selama kebangkitan Nazisme. Gerakan petani mungkin melahirkan kekerasan. Ideologi mereka jika ada mungkin pada saat sama menganut tradisionalisme dan restoratif. Namun biasanya dalam wilayah tradisional kerusuhan petani , komunisme kontemporer mendapatkan dukungan luas khususnya di Eropa selatan dan Amerika Latin.
Bisa mengatakan bahwa sebuah gerakan didukung kelas tertentu tidak berarti setiap anggota gerakan milik kelas tertentu atau setiap anggota kelas milik gerakan. Korelasi ini tak pernah sempurna. Beberapa gerakan direkrut terutama dari anggota yang tercabut akarnya atau anggota kelas tertentu yang teralienasi. (Misalnya, banyak dari anggota Nazi awalnya, termasuk Hitler, berasal dari kelas menengah-rendah). Sistem kepercayaan para pemimpin pendiri kelas dan petani modern sering merupakan anggota teralineasi kelas lainnya. Dalam hal ini tak bisa dilupakan pentingnya peran kaum intelektual dalam melahirkan para pemimpin gerakan revolusioner. Karena tidak memiliki akar dalam masyarakat, mereka gampang menerima keyakinan ideologis yang menjanjikan mereka sebuah masyarakat dimana mereka dapat menemukan status memuaskan. Istilah “gerakan kelompok etnik” digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena. Sejumlah gerakan etnik yang paling penting antara lain :
1. Gerakan kemerdekaan politik minoritas nasional dalam kekaisaran negara di Eropa.
2. Gerakan kemerdekaan pribumi di negara kolonial Asia-Afrika.
3. Gerakan persatuan nasional – misalnya, di Jerman dan Italia pada abad ke-19 dan gerakan Pan Arab dalam abad ke-20.
4. Gerakan nasionalitas untuk kesederajatan sipil dan kultural dalam negara yang etniknya heterogen. Misalnya Fleming di Belgia)dan untuk superioritas (seperti Finns di Finlandia).Sebagai penguasa gerakan-gerakan ini dipimpin dan didukung terutama oleh elit budaya dan ekonomi dan dalam sejmlah kasus elit militer yang memiliki kepentingan vital dalam meraih sasaran mereka.
Para pemimpin gerakan kemerdekaan saat ini di negara kolonial, dengan beberapa kekecualian kaum intelektual dan profesional, adalah “orang-orang marginal”yang tersentuh budaya dan pendidikan Barat. Para pengikut mereka datang hanya dan bahkan yang pertama dari strata sosial rendah. Namun pada saat ini ebih luas lagi datang dari kelas berkembang pekerja kerah putih, pegawai negeri, perwira militer serta pengusaha kelas menengah dan besar yang lemah kaerna dominasi kekuasaan dan ekonomi Barat. Dukungan tambahan datang dari berbagai lapisan masyarakat seperti penambang, petani, buruh perkebunan dan pekerja lainnya yang bersentuhan dengan sistem ekonimi dan pemerintahan Barat serta mereka yang tercerabut akarnya pedesaan atau suku. Bahkan diantara masyarakat primitif di Pasifik selatan, gerakan berkembang yang sebagian diarahkan menuju kemerdekaan dari dominasi kulit putih. Gerakan negro di Amerika tidak memiliki hubungan pola khusus dengan gerakan kelompok entik kaerna kebanyakan orang Negro tidak beraspirasi kemerdekaan politik atau otonomi budaya namun integrasi kedalam masyarakat dan budaya Amerika. Karena Negro Amerika bukan minoritas nasional atau kelas sosial, gerakan mereka tak bertujuan untuk mengubah secara fundamental tatanan sosial namun realisasi hak-hak konstitusional. Namun tercapainya tujuan Negro tak hanya mengubah kebiasaan lokal dan regional namun juga sebagian dari tatanan hukum yang ada.
BAB III
a.      Strategi dan Taktik Gerakan Sosial
Dalam politik, perbedaan antara strategi dan taktik tak dapat dipisahkan dengan tajam seperti halnya dalam perang. Dalam masyarakat dimana kebebasan berpendapat hadir, adalah hal biasa gerakan sosial mengalami konflik dengan pemerintah mengenai taktik dan bukannya strategi. Khususnya terjadi manakala gerakan sosial itu terlibat “aksi langsung” seperti sabotase, pemogokan umum, boikot, aksi “duduk”, teror dan aksi kekerasan. Atau bahkan dalam persiapan serius kudeta. Perselisihan dalam sebuah gerakan sosial biasanya muncul dalam hal taktik. Misalnya masalah reformasi dan revolusi. Mereka bertikai bukan dalam soal strategi.
Meskipun demikian ada perpecahan serius misalnya dalam strategi jangka panjang. Contoh, kontroversi Stalinist -Trotksyite. Bagi orang luar, sering sulit memutuskan apakah perubahan dalam kebijakan sebuah gerakan karena perubahan dalam tujuan akhir atau semata-mata manuver taktik. Aksi langsung biasanya tidak demokratik karena menyangkal kalangan oposisi peluang untuk berdiskusi sebuah isu, sering dilakukan saat aksi politik yang sah gagal. Dalam situasi ekstrim, gerakan akan berpuncak pada revolusi keras. Taktik dan strategi dalam gerakan soaial adalah saling tergantung dengan ideologi dan bentuk organisasi. Misalya, sebuah gerakan yang bertujuan revolusi perlu organisasi lebih otoritarian daripada organisasi yang percaya reformasi bertahap. Pilihan akan taktik serta bentuk organisasi sebagian tergantung terhadap sistem politik dimana gerakan sosial itu beroperasi. Sebagian lagi tergantung besarnya gerakan sosial dan pengaruhnya terhadap sistem politik.
Oleh karena itulah, taktik sebuah gerakan sosial mungkin berubah sejalan dengan pertumbuhan. Mungkin mereka kurang revolusioner saat gerakan itu mendapatkan banyak pengaruh atau mungkin menjadi lebih agresif manakala peluang untuk berhasil membesar. Sebagian besar gerakan sosial beroperasi di masyarakat karena publisitas memberikan pengaruh dan menaikkan pendukung. Namun, kerahasiaan dilakukan saat situasi dimana hak-hak berkumpul, berdiskusi dan kebebasan beropini ditolak atau dimana anggota gerakan tertentu dilarang secara hukum dan diadili. Gerakan buruh pada tahap awalnya dipaksa untuk rahasia. Konsekuensinya, perpecahan gerakan yang besar menjadi banyak kelompok atau kelompok yang kurang agresif. Dalam dunia politik seperti halnya dalam militer dan bisnis, sukses muncul karena langkah inovator. Berkuasanya dan prestasi politik luar negeri kekuatan Fasis dan Nazi sebagian karena fakta bahwa mereka tidak bermain bukan dalam kerangka aturan sedangkan lawannya baik di dalam maupun di luar negeri memperkirakan akan mentaati aturan.
Hal yang sama dapat dikatakan dengan sedikit modifikasi, mengenai gerakan komunis: seringnya perubahan taktik cenderung membingungkan musuhnya. Mao Zedong berhasil karena ia menyimpang dari strategi ortodoks Leninis. Revolusi radikal dan gerakan kontrarevolusi mampu melanggar “aturan main” karena anggotanya tiak dianggap pesaingnya sebagai bagian dari komunitas politik. Mereka mengkonsepkan semua hal berbau politik dalam pengertian hubungan sahabat-musuh., dimana tak ada aturan yang melarang. Hal ini bisa menjelaskan penggunaan teror sebelum dan sesudah perebutan kekuasaan dan pradoks bahwa orang-orang yang berniat menciptakan dunia yang lebih baik mampu mengorbankan jutaan manusia dalam prosesnya.

BAB IV
a.      Perubahan Sosial dan Basis Sosial
Hipotesis besar dalam bidang ini adalah gerakan sosial merupakan produk dari perubahan sosial . Situasi muncul dimana hubungan yang sudah lama terjalin tidak lagi memadai. Hasilnya dari hubungan terhambat dari situasi lama dan baru ini menimbulkan ketidakpuasan. Salah satu tugas sosiolog adalah menganalisa sebuah gerakan untuk mengidentifikasi ketidakpuasan dan melihat hubungannya dengan gerakan. Misalnya, sebuah gerakan yang bertujuan menegakkan bahasan resmi Norwegia di pedesaan sebagai bahasa resmi Norwegia diperlihatkan sebagai produk chauvinisme budaya dengan petani merespon terhadap aliran lembaga dan pribadi urban di propinsi.
b.      Basis-basis sosial gerakan
Seperti halnya perubahan yang jarang sama di sebuah masyarakat, demikian pula geraka sosial biasanya mengajak beberapa segmen masyarakat. Dengan kata lain, geraan memiliki lokasi dalam struktur sosial. Misalnya, gerakan kemerdekaan India memiliki daya tarik khusus untuk kaum profesional India yang saat itu menjadi sebuah kelas terdiri dari kaum profesional meskipun mereka diberi pendidikan Inggris. Gerakan Poujadist di Perancis menarik pengusaha kecil dan petani. Kaum Metodis dalam tahap-tahap awalnya memiliki daya tarik bagi pekerja kelas Inggris. Gerakan spesifik tentu saja mengajak lebih dari satu segmen sosial dan budaya. Analisa gerakan biasanya melibatkan pertimbangan masalah-masalah yang ada dalam usaha menyatukan kelompok sosial yang berbeda-berbeda dalam satu asosiasi. Dengan demikian, seperti diperlihatkan gerakan sosial Amerika biasanya terlibat dalam pertikaian yang muncul karena kenaekaragaman radikalisme pedesaan Amerika dengan radkilamisme perkotaan seperti imigran dan pekerja. Radikalisme Amerika pribumi adalah populis dan anti industri sedakan radikalisme urban adalah kelas pekerja yang mengusahakan industrialisasi.
c.       Deprivasi relatif dan perubahan sosial
Tidak ada hubungan garis tunggal antara pengalaman sebuah kelompok dan perkembangan gerakan terhadap perubahan. Prinsip relative deprivation dapat menjelaskan hubungan persepsi perampasan (deprivation) atau (persepsi ancaman) dan ekspresi dan organisasi ketidakpuasan. Riset menunjukkan situasi absolut sebuahkelompok bukanlah instrumen yang membentuk dan memfokuskan ketidakpuasan persepsi apa yang adil, diharapkan dan mungkin. Revolusi mungkin dan sering muncul setelah revolusi segmen masyarakat telah memperbaiki posisi ekonomir mereka. Karena harapan kelompok meningkat, situasi baru mungkin dialami lebih menekan daripada sebelumnya. Dalam beberapa kasus, kecemasan akan kehilangan keuntungan baru meningkatkan kerusuhan. Lebih jauh lagi, kehilangan status mungkin berpengaruh dalam membentuk gerakan yang bertujuan pemulihan. Ini adalah salah satu faktor dalam perkembangan serikat buruh Inggris. Awal industrialisasi mengancam menghapus garis antara pengrajin dan pekerja terampil sehingga mengancam posisi pekerja terampil.
d.      Aspek struktural
Pendukung potensial gerakan sosial harus dikaji dari berbagai pandangan keterampilan dan peluang mereka untuk pengembanga aksi kolektif. Perubahan sosial mungkin membentuk gerakan melalui perubahan kultural seperti peningkatan kapasitas kelompok untuk tugas-tugas komunikasi, kepemimpinan dan organisasi. Misalnya, pendidikan kolonial bertindak sebagai dasar pelatihan serta bibit ketidakpuasan untuk gerakan nasionalis antikolonial.
e.       Isi ideologi
Keyakinan gerakan sosial manapun mencerminkan situasi unik segmen sosial yang membuat gerakan itu. Keyakinan-keyakinan ini menjadi paradigma pengalaman dimana ideologi dan program gerakan mungkin benar, adil dan memadai untuk segmen terentu. Hal itu disebabkan telah melalui pengalaman yang dapat membuatnya ideologi tampak relevan dan valid. Ini benar meskipun ideologi mungkin tersusun dalam pernyataan umum. Sebagai contoh, gerakan amandemen konstitusi AS yang melarang diskriminasi seks telah dinyatakan retorika hak-hak sederajat untuk semua wanita. Amandemen disponsori oleh kelas atas wanita yang akan mendapat keuntungan dari kesejajaran dengan suaminya dalam hak-hak properti dan ditentang kelas pekerja wanita yang mencapai perlindungan tertentu dan keuntungan dalam tunjangan berdasarkan UU yang membatasi jam kerjanya. Dalam kasus ini retorika “hak-hak sederajat” memiliki arti berbeda bagi wanita kelas pekerja daripada wanita kelas atas.
BAB V
 Fungsi Gerakan Sosial
Perubahan-perubahan besar dalam tatanan sosial di dunia yang muncul dalam dua abad terakhir sebagian besar secara langsung atau tak langsung hasil dari gerakan-gerakan sosial. Meskipun misalnya gerakan sosial itu tidak mencapai tujuannya, sebagian dari programnya diterima dan digabungkan kedalam tatanan sosial yang sudah berubah. Inilah fungsi utama atau yang manifest dari gerakan-gerakan sosial. Saat gerakan sosial tumbuh, fungsi-fungsi sekunder atau “laten” dapat dilihat sebagai berikut:
1. Gerakan Sosial memberikan sumbangsih kedalam pembentukan opini publik dengan memberikan diskusi-diskusi masalah sosial dan politik dan melalui penggabungan sejumlah gagasan-gagasan gerakan kedalam opini publik yang dominan.
2. Gerakan Sosial memberikan pelatihan para pemimpin yang aka menjadi bagian dari elit politik dan mungkin meningkatkan posisinya menjadi negarawan penting.Gerakan-gerakan burush sosialis dan kemerdekaan nasional menghasilkan banyakpemimpin yang sekarang memimpin negaranya. Para pemimpin buruh dan gerakan lainnya bahkan sekalipun mereka tidak memegang jabatan pemerintah juga menjadi elit politik di banyak negara. Kenyataan ini banyak diakui oleh sejumlah kepala pemerintahan yang memberikan penghargaan kepada para pemimpin gerakan sosial dan berkonsultasi dengan mereka dalam isu-isu politik. Saat dua fungsi ini mencapai titik dimana gerakan sesudah mengubah atau memodifikasi tatanan sosial, menjadi bagian dari tatanan itu maka siklus hidup gerakan sosial akan berakhir karena melembaga. Ini adalah benar jika gerakan revolusioner meraih kemenangan seperti terlihat di Uni Soviet dan Cina. Gerakan komunisme tak lagi disebut sebuah gerakan namun mengalami transformasi menjadi sebuah rejim. Hal itu juga terjadi seperti pada gerakan buruh sosialis dan gerakan petani di negara maju Eropa utara dan barat dan di AS serta di daerah jajahan Inggris. Sementara itu negara dimana reformasi sosial dan ekonomi mendesak telah tertunda-tunda atau dicegah maka menjadi bibit tumbuhnya gerakan-gerakan sosialis dan komunis revolusioner.
BAB VI
PENUTUP
Gerakan jelas seperi dipaparkan lalu ternyata memiliki akar-akar sejarah yang panjang dalam berbagai masyarakat di berbagai negara. Di Inggris misalnya, gerakan buruh yang bertujuan untuk memperbaiki nasib para pekerja ini dalam menghadapi majikan akhirnya berbentuk partai politik. Di bawah Tony Blair, Partai Buruh mengalahkan dominasi Partai Konservatif pada tahun 1997. Kemenangan dicapai setelah ia membawakan arus reformasi yang mengubah tatanan dan pemikiran Buruh lama menjadi Buruh baru. Jika diamati secara seksama jelas bahwa gerakan sosial akan senantiasa muncul dalam masyarakat apakah bentuknya kecil atau besar, lama atau sebentar. Namun yang jelas sebagai sebuah aktivitas kemasyarakatan gerakan sosial tidak berhenti pada suatu titik, akan selalu datang susul menyusul dari satu gerakan ke gerakan lain. Semua itu bisa terjadi karena, sifat masyarakat sendiri yang terus berubah. Perubahan itu terjadi karena arus baru dalam diri masyarakat itu sendiri yang menginginkan perubahan. Tingginya harga-harga sembilan bahan pokok seperti di Indonesia mendorong berbagai aksi sosial yang mendesak turunnya harga sembako itu. Perubahan itu juga terjadi kalau ada tekanan internasional. Faktor eksternal dari sistem masyarakat itu sendiri melahirkan masukan yang kemudian mempengaruhi pola pikir dan budaya masyarakat. Semakin terbuka suatu masyarakat maka semakin besar peluang tumbuhnya gerakan-gerakan sosial yang memperjuangkan kepentingan masyarakat. Barangkali pandangan mirip dengan apa yang ditulis Ali A Mazrui (1983) bahwa gerakan sosial tak hanya disandera oleh sistem negara-negara berdaulat tapi juga mesin kapitalis dunia. Oleh sebab itulah, masa depan gerakan-gerakan sosial di dunia tunduk pada dua hegemoni yakni hegemoni kapitalisme dan di sisi lain sistem negara.
…..____________________________________________........
Dalam Marxisme tradisional perjuangan kelas ditempatkan pada titik sentral dan faktor esensial dalam menentukan suatu perubahan sosial. Masyarakat kapitalis dibagi menjadi dua kelas utama, yaitu kelas proletar (kelas yang dieksploitasi) dan kelas kapitalis (kelas yang mengeksploitasi). Oleh karena itu, dalam perspektif ini, masyarakat terdiri dari dua unsur esensial, yaitu dasar dan superstruktur.
Unsur dasar (base) adalah faktor ekonomi, dianggap sebagai landasan yang secara esensial menentukan dalam perubahan sosial. Sedangkan superstruktur, adalah faktor pendidikan, budaya, dan ideologi yang berada di tempat kedua, karena faktor tersebut ditentukan oleh kondisi perekonomian. Dengan demikian, menurut pendekatan ini, perubahan sosial terkaji dikarenakan adanya perjuangan kelas, yaitu kelas yang dieksploitasi (buruh) berjuang melawan kelas yang mengeksploitasi (kelas kapitalis).
Dengan kata lain, aspek esensial perubahan sosial adalah revolusi kelas buruh, dengan determinisme ekonomi sebagai landasan gerakan sosial.
Pendekatan yang digunakan dalam Marxisme tradisional tersebut di atas mendapatkan kritikan dari beberapa tokoh antiesensialisme dan nonreduksionis, termasuk Antonio Gramsci. Mereka menolak pendekatan bahwa kompleksitas yang terjadi di masyarakat hanya direduksi secara sederhana dengan hubungan sebab dan akibat. Setiap sebab itu sendiri merupakan sebuah akibat dan demikian pula sebaliknya.
Disamping itu, mereka tidak mempercayai bahwa esensial terjadinya apapun disebabkan oleh suatu penyebab yang esensial. Mereka menggunakan istilah Overdeterminisme sebagai alternatif bagi esensialisme dan pengganti dialektika-nya Marx. Overdeterminisme merujuk kepada keberadaan esensial, dalam pengertian bahasa, politik, pengetahuan, eksploitasi, masyarakat, yang saling mempengaruhi dan menentukan. Dengan kata lain, tidak ada satu entitaspun yang dianggal lebih menentukan dari pada entital yang lainnya. Dengan pendekatan ini berarti bahwa perubahan sosial adalah hasil interaksi seluruh aspek masyarakat dan bukan akibat dari suatu sebab ensensial tertentu.
Inti pemikiran Antonio Gramsci adalah konsep hegemoni, yang kaitan dengan studi tentang gerakan sosial dan perubahan sosial.
Pendidikan, budaya dan kesadaran merupakan sesuatu permasalahan yang sangat penting dan perlu diperjuangkan dalam perubahan sosial. Hegemoni merupakan bentuk kekuasaan kelompok dominan yang digunakan untuk membentuk kesadaran subordinat. Walaupun dalam hal bekerjanya hegemoni dan memasukkan ideology hegemonik merupakan hal yang rumit, tetapi Gramsci percaya bahwa kuatnya kesadaran kritis individu tersebut dapat menolak gagasan determinisme histories ekonomi-nya Marx. Gramsci tetap menggunakan kelas buruh sebagai gerakan revolusioner, tetapi tidak menutup kemungkinan akan hadirnya kelompok baru dalam kategori kelas buruh dan terciptanya aliansi antara unsur kelas buruh dengan kelompok lain tersebut, serta menekankan transformasi kesadaran (tidak selalu terkait ekonomi) sebagai bagian proses revolusioner.
Dalam perspektif Gramscian, konsep organisasi gerakan sosial dikategorikan sebagai masyarakat sipil terorganisir.
Konsep tersebut didasarkan pada analisis tentang kepentingan konfliktual dan dealektika atau kesatuan dalam keberbedaan antara Negara (State) dengan Masyarakat Sipil (Civil Socoety). Masyarakat sipil terdiri dari berbagai bentuk masyarakat voluntir dan merupakan dunia politik utama, dimana semuanya berada dalam aktivitas ideology dan intektual yang dinamis maupun konstruksi hegemoni. Masyarakat sipil merupakan konteks dimana seseorang menjadi sadar dan seseorang pertama kali ikut serta dalam aksi politik. Dengan demikian, masyarakat sipil adalah suatu agregasi atau percampuran kepentingan, dimana kepentingan sempit ditransformasikan menjadi pandangan yang lebih universal sebagai ideologi dan dipakai atau diubah.
Dalam konteks ini, bagi Gramsci masyarakat sipil adalah dunia dimana rakyat membuat perubahan dan menciptakan sejarah (Mansour Fakih, 2004).
Menurut pernyataan Gramsci “semua orang adalah intelektual, maka seseorang dapat mengatakannya demikian; tetapi tidak semua orang memiliki fungsi intelektual dalam masyarakat”. Definisi intelektual tersebut adalah orang-orang yang memberikan homogenitas dan kesadaran fungsinya kepada kelompok sosial utama. Intelektual memainkan peran dalam menyebarkan ideologi hegemonik kelas dominan yang dibentuk melalui informasi dan lembaga formal (misalnya sekolah dan perguruan tinggi).
Selanjutnya Gramsci berpendapat bahwa perjuangan kelas harus dilakukan dengan dua strategi utama, yaitu pertama, apa yang disebut dengan “perang maneuver”, yaitu perjuangan mencapai perubahan jangka pendek dalam mengubah kondisi dalam rangka memenuhi kebutuhan praktis; kedua, “perang posisi” yang ditandai sebagai perjuangan cultural dan idiologis jangka panjang. Bagi Gramsci, tugas utama pendidikan adalah meyakinkan kelas buruh bahwa “yang dalam kepentingannya bukan tunduk kepada disiplin tetap dari kultur, tetapi mengembangkan konsepsi dunia dan sistem hubungan manusia, ekonomi, dan spiritual yang kompleks yang membentuk kehidupan sosial global”.
Dengan demikian, peran kependidikan organisasi gerakan sosial, pendidik, dan pemimpin adalah mencakup pencapaian tujuan jangka pendek (bersifat praktis) dan tujuan jangka panjang (bersifat ideologi) untuk menghasilkan transformasi sosial. Upaya untuk memunculkan kesadaran dan pendidikan kritis (termasuk yang dilakukan oleh organisasi gerakan sosial) merupakan bagian terpenting dalam seluruh proses perubahan sosial atau transformasi sosial.
…._________________________________________________....
Gerakan sosial adalah aktivitas sosial berupa gerakan sejenis tindakan sekelompok yang merupakan kelompok informal yang berbetuk organisasi, berjumlah besar atau individu yang secara spesifik berfokus pada suatu isu-isu sosial atau politik dengan melaksanakan, menolak, atau mengkampanyekan sebuah perubahan sosial.
Organisasi yang dinamis adalah organisasi yang mampu berkolaborasi dengan sekitarnya. Ketika sumber daya yang ada dapat berkolaborasi dan berbaur dengan sekitar maka akan tercipta sebuah gerakan yang besar dan terarah. Jika subjek – subjek yang berada didalam sebuah wadah organisasi mampu meningkatkan kualitas diri dan mampu meningkatkan jejaring komunikasi dan kerjasama tentunya konsep TriNetwork ini akan menjadi sebuah konsep yang mampu memberikan arah perubahan yang cukup bagi kemajuan organisasi .

Konsep TriNetwork ini adalah sebuah ilmu yang memposisikan diri organisasi dari 3 aspek penting dalam dunia kemasyarakatan . Aspek tersebut adalah:

Masyarakat
Sebuah Organisasi yang mandiri harusnya memiliki sebuah tujuan agar dapat melakukan perubahan dan tentunya harus berorientasi terhadap masyarakat. Perjuangan yang tak berorientasi tujuan maka akan sia – sia karena tidak ada yang akan merasakan hasil dan yang mampu memberikan sebuah respons terhadap kinerja organisasi
Pemerintah
Sebagai penguasa dinegara adalah pemerintah , karena itu wajib hukumnya kita berkolaborasi dengan penguasa agar kita dapat memberikan fungsi Sosial Control kita agar Policy yang ditetapkan dapat bersinergi dengan tujuan kita. Tak lepas dari itu kita juga memiliki peran yang sentral dalam upaya pemberdayaan masyarakat yang tentunya merupakan prioritas dari pemerintahan untuk mensejahterakan rakyat dan tentunya bersinergi dengan aspek yang pertama yaitu tujuan (masyarakat)
Instansi Swasta
Instansi swasta merupakan aspek yang ke 3 karena perkembangan dunia Ekonomi tak akan lepas dari peran instansi swasta .Aspek yang menjadi sentral dan tentunya berakibat yang sangat fatal jika ekonomi mengalami kolaps dan mengakibatkan masyarakat menderita.

Ketiga aspek tersebut harusnya menjadi sebuah sinergi dalam satu arah gerak dalam membuat kebijakan organisasi yang berorientasi tujuan dan jejaring. Berikut gambaran konsep TriNetworking

Gambaran Normal ...

Terjadi sebuah perputaran jejaring dimana pemerintah akan langsung berinteraksi denga masyarakat dan instansi swasta , begitu juga sebaliknya...
Hal ini tidaklah efisien dikarenakan akan banyak sekali birokrasi – birokrasi yang nantinya tidak menjamin akan tercapainya cita – cita pemerintahan dalam memakmurkan masyarakat. Disisi Instansi swasta pun tidak akan terjamin akan adanya timbal balik terhadap masyrakat karena tidak adanya sebuah wadah penyadaran terhadap pentingnya hubungan timbal balik antara masyarakat dan instansi swasta. Sudah banyak sekali kasus – kasus pencemaran yang merugikan masyarakat , namun instansi swasta tetap bebal terhadap teriakan masyarakat kecil yang rata – rata masih minim pengetahuan.

Dari hal diatas perlu sebuah perubahan dimana akan ada sebuah jaminan terhadap masyarakat yang merupakan tujuan dan tentunya kaum yang paling lemah agar tercapai sebuah keadilan dan kemakmuran bersama.

Jika kita ibaratkan organisasi itu adalah IMM maka perlulah sebuah peningkatan pengimplementasian TriKompetensi dasar yang akan disinergikan dalam sebuah konsep TriNetwork sehingga akan tercapai sebuah gerakan dengan berorientasi tujuan yaitu masyarakat dalam hal ini adlah kaum mustadh'afin dan tetap bercita rasa Muhammadiyah karena IMM adalah kader Muhammadiyah. Berikut sebuah bagan gambaran TriNetwork bagi Organisasi IMM.
akan terjadi sebuah ketergantungan terhadap IMM dimana IMM akan menjadi advokat yang akan mengadvokasi kaum mustadhh'afin agar dapat menciptakan sebuah keadilan yang tanpa kesenjangan yang terlalu mencolok terhadap ketiga aspek diatas.
___________.....______________....._______________

Para Sosiolog membedakan gerakan sosial kedalam beberapa jenis:
a.       Lingkup
Gerakan reformasi - gerakan yang didedikasikan untuk mengubah beberapa norma, biasanya hukum. Contoh gerakan semacam ini akan mencakup seperti, serikat buruh dengan tujuan untuk meningkatkan hak-hak pekerja, gerakan hijau yang menganjurkan serangkaian hukum ekologi, atau sebuah gerakan pengenalan baik yang mendukung atau yang menolak adanya, hukuman mati atau hak untuk dapat melakukan aborsi. Dalam beberapa gerakan reformasi memungkinkan adanya penganjuran perubahan tehadap norma-norma moral misalkan, mengutuk pornografi atau proliferasi dari beberapa agama. Sifat gerakan semacam itu tidak hanya terkait dengan masalah tetapi juga dengan metode yang dipergunakan, dari kemungkinan ada penggunaan metode yang sikap reformis non-radikal yang akan digunakan untuk pencapaian akhir tujuan, seperti dalam kasus aborsi agar dapat tercipta adanya pembuatan hukum perundangan-undangan.
Gerakan radikal - gerakan yang didedikasikan untuk adanya perubahan segera terhadap sistem nilai dengan melakukan perubahan-perubahan secara substansi dan mendasar, tidak seperti gerakan reformasi, Contohnya termasuk Gerakan Hak Sipil Amerika yang penuh menuntut hak-hak sipil dan persamaan di bawah hukum untuk semua orang Amerika (gerakan ini luas dan mencakup hampir seluruh unsur-unsur radikal dan reformis), terlepas dari ras, yang di Polandia dikenal dengan nama Solidaritas /(Solidarność) gerakan yang menuntut transformasi dari sebuah tata nilai politik Stalinisme menuju kepada tata nilai sistim poltik sistem ekonomi atau ke dalam tata nilai sistim poltik demokrasi atau di Afrika Selatan disebut gerakan penhuni gubuk Abahlali baseMjondolo yang menuntut dimasukkannya para penghuni gubuk secara penuh ke dalam penghunian kehidupan kota.
A.    Jenis perubahan
Gerakan Inovasi - gerakan yang ingin mengaktifkan norma-norma tertentu, nilai-nilai, dan lain-lain gerakan advokasi yang tak umum kesengajaan untuk efek dan menjamin keamanan teknologi yang tak umum adalah contoh dari gerakan inovasi.
Gerakan Konservatif - gerakan yang ingin menjaga norma-norma yang ada, nilai, dan sebagainya Sebagai contoh, anti-abad ke-19, gerakan modern menentang penyebaran makanan transgenik dapat dilihat sebagai gerakan konservatif dalam bahwa mereka bertujuan untuk melawan perubahan teknologi secara spesifik, namun mereka dengan cara yang progresif gerakan yang hanya bersikap anti-perubahan (misalnya menjadi anti-imigrasi) sedang untuk hasil tujuan kepentingan tidak pernah didapat hanya merupakan bersifat bertahan.
a.       Target
Gerakan fokus berkelompok - bertujuan mempengaruhi atau terfokus pada kelompok atau masyarakat pada umumnya, misalnya, menganjurkan perubahan sistem politik. Beberapa kelompok ini akan berubah atau menjadi atau akan bergabung dengan partai politik, tetapi banyak tetap berada di luar sistem partai politik partai.
Gerakan fokus Individu - fokus pada yang mempengaruhi secara personal atau individu. Sebagian besar dari gerakan-gerakan keagamaan akan termasuk dalam kategori ini.
a.       Metode kerja
Gerakan damai yang memperlihatkan untuk berdiri kontras dengan gerakan 'kekerasan'. gerakan Hak-Hak Sipil Amerika, gerakan Solidaritas Polandia yang tanpa penggunaan kekerasan, selalu berorientasi sipil dan sayap gerakan kemerdekaan India boleh dimasukan ke dalam kategori ini.
Gerakan kekerasan umumnya merupakan gerakan bersenjata misalkan berbagai Tentara Pembebasan Nasional seperti, Tentara Pembebasan Nasional Zapatista dan gerakan pemberontakan bersenjata lainnya.
a.       Lama dan baru
Gerakan lama - gerakan untuk perubahan yang telah ada sejak awal masyarakat, sebagian besar merupakan gerakan-gerakan abad ke-19 berjuang untuk kelompok-kelompok sosial tertentu, seperti kelas pekerja, petani, orang kulit putih, kaum bangsawan, keagamaan, laki-laki. Mereka biasanya berpusat di sekitar beberapa tujuan materialistik seperti meningkatkan standar hidup atau, misalnya, otonomi politik kelas pekerja.
Gerakan baru - gerakan yang menjadi dominan mulai dari paruh kedua abad ke-20 - seperti gerakan feminis, gerakan pro-choice, gerakan hak-hak sipil, gerakan lingkungan, gerakan perangkat lunak bebas, gerakan hak-hak gay, gerakan perdamaian, gerakan anti-nuklir, gerakan alter-globalisasi dan lain lain, Kadang-kadang gerakan ini dikenal sebagai gerakan sosial baru. Mereka biasanya berpusat di sekitar isu-isu yang sama yang tidak terpisahkan dari masalah sosial.
a.       Jangkauan
Gerakan secara internasional - gerakan sosial yang mempunyai tujuan serta sasaran secara global. Gerakan-gerakan seperti yang pertama kali dilakukan aliran Marx kemudian seperti Forum Sosial Dunia, Gerakan atiglobalisasi dan gerakan anarkis berusaha untuk mengubah masyarakat secara global.
Gerakan lokal - sebagian besar dari gerakan sosial memiliki lingkup lokal.gerakan yang didasarkan pada tujuan lokal atau regional, seperti melindungi daerah alam tertentu, melobi untuk penurunan tarif tol di jalan tol tertentu, atau mempertahankan bangunan yang akan dihancurkan untuk gentrifikasi agar dapat mengubahnya menjadi pusat-pusat sosial.
Gerakan semua tingkatan - gerakan sosial yang berkaitan dengan kompleksitas pemerintahan di abad ke-21 dan bertujuan untuk memiliki pengaruh di tingkat lokal, regional, nasional dan internasional.


PSIKOLOGI AGAMA ANAK
oleh:ImamTobroni
  1. TEORI PSIKOLOGI AGAMA PADA ANAK
Yang dimaksud dengan masa anak- anak adalah sebelum berumur 12 tahun. Jika mengikuti periodesasi yang dirumuskan Elizabeth B. Hurlock, dalam masa ini terdiri dari tiga tahapan:
1)      0 – 2 tahun (masa vital), yakni masa bayi yang pembentukan kondisi fisik dan mentalnya menjadi fondasi kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya.
2)      2 – 6 tahun (masa kanak- kanak),
3)      6 – 12 tahun (masa sekolah) a
            Anak mengenal Tuhan pertama kali melalui bahasa dari kata-kata orang di sekelilingnya, yang pada awalnya diterima secara acuh. Konsep Tuhan bagi anak-anak pada permulaannya merupakan nama sesuatu yang asing dan tidak dikenalnya serta diragukan kebaikan niatnya. Tidak adanya perhatian terhadap Tuhan pada tahap pertama ini dikarenakan ia belum mempunyai pengalaman yang akan membawanya kesana, baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Namun, setelah ia menyaksikan reaksi orang-orang di sekelilingnya yang disertai oleh emosi atau perasaan tertentu yang makin lama makin meluas, maka mulailah perhatiannya terhadap kata Tuhan itu tumbuh dan berkembang.
            Perasaan si anak terhadap orang tuanya sebenarnya sangat kompleks, ia merupakan campuran dari bermacam-macam emosi dan dorongan yang saling bertentangan. Menjelang usia 3 tahun yaitu umur dimana hubungan dengan ibunya tidak lagi terbatas pada kebutuhan akan bantuan fisik, akan tetapi meningkat lagi pada hubungan emosi dimana ibu menjadi objek yang dicintai dan ia butuh akan kasih sayangnya, bahkan mengandung rasa permusuhan bercampur bangga, butuh, takut dan cinta padanya sekaligus.
            Menurut Zakiah Daradjat, sebelum usia 7 tahun perasaan anak terhadap Tuhan pada dasarnya negative, ia berusaha menerima pemikiran tentang kebesaran dan kemuliaan Tuhan dengan gambaran yang sesuai emosinya. Kepercayaan yang terus menerus tentang Tuhan, tempat dan bentuknya bukanlah karena rasa ingin tahunya, tapi didorong oleh perasaan takut dan ingin rasa aman, kecuali jika orang tua anak mendidik anak supaya mengenal sifat Tuhan yang menyenangkan. Namun pada masa kedua (27 tahun keatas) perasaan si anak terhadap Tuhan berganti positif (cinta dan hormat) dan hubungannya dipenuhi oleh rasa percaya dan merasa aman.
TAHAP PERKEMBANGAN BERAGAMA PADA ANAK
Sejalan dengan kecerdasannya, perkembangan jiwa beragama pada anak dapat dibagi menjadi tiga bagian:
    1. The Fairly Tale Stage (Tingkat Dongeng)
            Pada tahap ini anak yang berumur 3 – 6 tahun, konsep mengeanai Tuhan banyak dipengaruhi oleh fantasi dan emosi, sehingga dalam menanggapi agama anak masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oelh dongeng- dongeng yang kurang, masuk akal. Cerita akan Nabi akan dikhayalkan seperti yang ada dalam dongeng- dongeng. Pada usia ini, perhatian anak lebih tertuju pada para pemuka agama daripada isi ajarannya dan cerita akan lebih menarik jika berhubungan dengan masa anak-anak karena sesuai dengan jiwa kekanak- kanakannya. Dengan caranya sendiri anak mengungkapkan pandangan teologisnya, pernyataan dan ungkapannya tentang Tuhan lebih bernada individual, emosional dan spontan tapi penuh arti teologis.
    1. The Realistic Stage (Tingkat Kepercayaan)
            Pada tingkat ini pemikiran anak tentang Tuhan sebagai bapak beralih pada Tuhan sebagai pencipta. Hubungan dengan Tuhan yang pada awalnya terbatas pada emosi berubah pada hubungan dengan menggunakan pikiran atau logika. Pada tahap ini teradapat satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa anak pada usia 7 tahun dipandang sebagai permulaan pertumbuhan logis, sehingga wajarlah bila anak harus diberi pelajaran dan dibiasakan melakukan shalat pada usia dini dan dipukul bila melanggarnya.
    1. The Individual Stage (Tingkat Individu)
            Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang tinggi, sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep keagamaan yang diindividualistik ini terbagi menjadi tiga golongan, yakni:
a.  Konsep ketuhanan yang konvensional dan konservatif dengan dipengaruhi sebagian kecil dari adanya fantasi manusia.
b.  Konsep ketuhanan yang lebih murni, dinyatakan dengan pandangan yang bersifat personal (perorangan) dan individualistik.
c.   Konsep ketuhanan yang bersifat humanistik, yaitu agama telah menjadi etos humanis dalam diri mereka dalam menghayati ajaran-ajaran agama.

SIFAT AGAMA PADA ANAK                           
Sifat keagamaan pada anak dapat dibagi menjadi enam bagian, diantaranya adalah:
1)      Unreflective (kurang mendalam/tanpa kritik), yaitu keyakinan dari kebenaran yang mereka terima tidaklah begitu mendalam, cukup sekedarnya saja. Dan mereka sudah cukup merasa puas dengan keterangan yang kadang-kadang kurang masuk akal tersebut. Menurut penelitian, pikiran kritis anak-anak baru akan muncul pada anak-anak yang berusia 12 tahun keatas -walaupun terkadang ada yang muncul sebelum usia tersebut-  sejalan dengan perkembangan moral.
2)      Egosentris, sifat egosentris ini berdasarkan hasil penelitian Piaget tentang bahasa pada anak berusia 3 – 7 tahun. Dalam hal ini, berbicara bagi anak-anak tidak mempunyai arti seperti orang dewasa. Pada usia 7 – 9 tahun, doa secara khusus dihubungkan dengan kegiatan atau gerak- gerik tertentu, tetapi amat konkret dan pribadi. Pada usia 9 – 12 tahun ide tentang doa sebagai komunikasi antara anak dengan ilahi mulai tampak. Setelah itu barulah isi doa beralih dari keinginan egosentris menuju masalah yang tertuju pada orang lain yang bersifat etis.
3)      Anthromorphis, konsep anak mengenai ketuhanan pada umumnya berasal dari pengalamannya. Dikala ia berhubungan dengan orang lain, pertanyaan anak mengenai (bagaimana) dan (mengapa) biasanya mencerminkan usaha mereka untuk menghubungkan penjelasan religius yang abstrak dengan dunia pengalaman mereka yang bersifat subjektif dan konkret.
4)      Verbalis dan Ritualis, kehidupan agama pada anak sebagian besar tumbuh dari sebab ucapan (verbal). Mereka menghafal secara verbal kalimat-kalimat keagamaan dan mengerjakan amaliyah yang mereka laksanakan berdasarkan pengalaman mereka menurut tuntunan yang diajarkan pada mereka. Shalat dan doa-doa yang menarik bagi mereka adalah sesuatu yang menurut mereka  harus dilakukan karena mengandung gerak dan seharusnya biasa dilakukan (tidak asing baginya).
5)      Imitatif,  tindak keagamaan yang dilakukan oleh anak pada dasarnya diperoleh dengan jalan meniru. Dalam hal ini orang tua memegang peranan penting. Pendidikan sikap religius anak pada dasarnya tidak berbentuk pengajaran, akan tetapi berupa teladan
6)      Rasa heran,  rasa heran dan kagum merupakan tanda dan sifat keagamaan pada anak. Hal ini berbeda dengan rasa heran pada orang dewasa, rasa heran pada anak belum kritis dan kreatif. Mereka hanya kagum pada keindahan lahiriyah saja. Untuk itu, perlulah diberi pengertian dan penjelasan kepada mereka tentang hal tersebut sesuai dengan tingkat perkembangan psikologi, mental dan pemikirannya. Dalam hal ini orang tua dan guru agama mempunyai peranan yang sangat penting dalam menumbuh kembangkannya.
B. Strategi Pembelajaran
    Prinsip-prinsip pemilihan dan  pemakaian strategi pada usia anak-anak:
    1)      Pembelajaran kelas I-III melalui pendekatan tematik
    2)      Pembelajaran kelas IV-VI melalui pendekatan mata pelajaran.
    3)      Pembelajaran itu harus mengasyikan dan berlangsung gembira serta menyenangkan, tidak menegangkan tapi tetap terkonsentrasi dan disiplin.
    4)      Memanfaatkan kegiatan visual yang langsung bisa diamati oleh anak
                Seorang anak apabila diajarkan sesuatu terkadang membuat kita mudah marah. Karena setiap anak mempunyai kemauan yang berbeda-beda atau gaya belajar yang berbeda-beda. Untuk itu, sebagai guru harus bisa menyampaikan materi pelajarannya dengan baik yaitu dengan menciptakan suasana kelas yang kondusif atau suasana belajar mengajar yang menyenangkan. Ini tidak mudah bagi  mayoritas guru, sehingga kita  dianjurkan menggunakan strategi-strategi yang tepat. Strategi yang digunakan haruslah disesuaikan dengan kondisi anak. Untuk mengajarkan agama Islam, kita dapat menggunakan metode-metode dibawah ini:
    DALAM TAHAP AWAL (pemfokusan dan pengkonsentrasian)
    Mungkin peserta didik akan jenuh apabila langsung memulai pelajaran. Untuk itu kita menggunakan strategi
    Question Student Have yaitu dengan langkah-langkah:
    a.       Bagikan kartu kosong kepada setiap siswa
    b.      Mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang mata pelajaran atau sifat pelajaran yang sedang dipelajari.
    c.       Putarlah kartu tersebut searah dengan arah jarum jam. Ketika kartu diedarkan kepada peserta didik berikutnya, dia (pria/wanita) harus membacanya dan memberikan tanda pada kartu itu apabila kartu itu berisi pertanyaan mengenai pembaca.
    d.      Saat kartu kembali kepada penulisnya, setiap peserta didik akan telah memeriksa seluruh pertanyaan kelompok tersebut.
    e.       Panggil peserta didik berbagi pertanyaan secara sukarela.
    f.       Kumpulkan semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan yang mana Anda mungkin menjawabnya di pertemuan berikutnya.
                Tahap ini digunakan untuk  mempelajari keinginan dan harapan setiap anak. Sehingga proses belajar mengajar akan lebih lancar dan menyenangkan.
    PADA TAHAP INTI (penyampaian materi)
    Untuk menyampaikan materi pelajaran agama, mungkin setiap anak mempunyai pengetahuan agama yang berbeda-beda. Untuk itu kita menggunakan strategi Active Knowledge Sharing yaitu dengan langkah-langkah;
    a.       Siapkan sebuah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan anda ajarkan
    b.      Mintalah para peserta didik menjawab berbagai pertanyaan sebaik yang mereka bisa.
    c.       Kemudian, ajaklah mereka berkeliling ruangan dengan mencari peserta didik lain yang dapat menjawab berbagai pertanyaan yang tidak mereka ketahui bagaimana menjawabnya. Doronglah peserta didik untuk saling membantu satu sama lain, sehingga tercipta suetu kerjasasama antar peserta didik.
    d.      Kumpulksn kembali seisi kelas dan ulaslah jawaban-jawabannya. Isilah jawaban-jawaban yang tidak diketahui dari peserta didik. Gunakan informasi tersebut sebagai jalan memperkenalkan topic-topik penting di kelas.
                Strategi ini digunakan untuk menarik para peserta didik  untuk bisa semangat dalam mempelajari materi pelajaran dan juga untuk mengukur ilmu pengetahuan para peserta didik.
    TAHAP AKHIR (kesimpulan dan evaluasi)
    Untuk mengakhiri pelajaran, Anda dapat menggunakan strategi Role Reversal Question yaitu dengan langkah-langkah;
    a.       Susunlah pertanyaan yang akan Anda kemukakan tentang beberapa materi pelajaran seolah-olah Anda seorang peserta didik.
    b.      Pada awal sesi pertanyaan, umumkan kepada peserta didik Anda bahwa Anda akan menjadi mereka dan mereka secara kolektifmenjadi Anda. Beralihlah lebih dahulu ke pertanyaan Anda.
    c.       Berlakulah argumentative, humoris, atau apa sajayang dapat membawa mereka pada perdebatan dan menyerang Anda dengan jawaban-jawaban.
    d.      Memutar peranan beberapa kali akan tetap membuat peserta didik Anda pada pendapat mereka dan mendorongnya melontarkan pertanyaan milik sendiri.


    DAFTAR PUSTAKA
    1)      Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008
    2)      Silberman, Melv, Active Learning, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2007
    3)      Arifin, Bambang Syamsul, Psikologi Agama, Bandung: Pustaka Setia, 2008
    4)      Kartono, Kartini, Psikologi Anak, Bandung: Mandar Maju, 2007
    5)      Sugihartono, dkk. Psikologi Pendidikan, Yogyakarta: UNY Press, 2007

    GENDER


    GENDER
    OLEH: VENK-KO


    Sebelum kita membahas lebih jauh tentang gender yang sering kita dengar alangkah baiknya kita membahas dulu asal-usul ketertindasan perempuan, dimulai dari komunak primitif yang dikenal dengan corak masyarakat pemburu dan peramu(pengumpul. Pembagian hasil produksi ditata secara komunal atau bagi rata. Dan sistem ini mulailah berubah keika pertanian mulai ditemukan dan yang menemukan kaum perempuan, yang akhirnya muncullah keinginan untuk memperoleh dan menyimpan hasil yang sebesar-besarnya. Dan akhinya keinginan tersebut mewujud dalam bentuk individualistik. Serta muncullah masa suku-suku manusia menemukan cara untuk memperbesar hasil produksi. Dengan cara menghasilkan tenaga kerja yang sebanyak-banyaknya, caranya ialah; “permpuan sebagai kunci produksi digeser perannya pemroduksi anak.” Inilah masa sistem sosial yang memaksa perempuan untuk tinggal dirumah untuk membesarkan anak, dan sampai pekerjaan-pekerjaan domestik ( rumah tangga). Dan akhirnya mulailah suatu periode dimana ketertindasan perempuan dilambangkan dalam sistem keluarga, bahkan kata famili (keluarga) asal mulanya dari bahasa Latin yakni famulus yang berarti budak dan familia, yang berarti jumlah budak keseluruhan budak yang dimiliki oleh seorang laki-laki juga tuan budak. Dan ini terus dilanggengkan darin zaman Feodalisme hingga kapitalisme. Atau yang dikenal Idiologi Fatriarki, yakni pelestarian secara sosial dominasi lelaki dam sebaliknya mengeser peran dan kedudukan kaum perempuan terus dihadapkan karena menguntungkan.
    Ø    Gender Bukan Sex
    Ketika kita bebicara gender maka berbicara sex tidak bisa ditingaalkan, gender adalah sebuah sifat yang meekat pada diri manusia baik itu laki-laki maupun perempuan. Laki-laki bersifat keras dan penuh rasionalitas, kuat, perkasa  dan perempuan bersifat lemah lembut dan ke Ibuan serta selalu menggunakan perasaan, yang mena itu terkonstruk dari sebuh budaya yang dibawa sejak kecil dan pengaruh lingkungan. Sedangkan sex ialah sebuah kodrat yang melekat pada diri manusia baik laki-laki maupun perempun seperti perempuan memiiki Rahi yang mampu melahirkan anak, dan laki-laki memiliki sperma yang mampu meahirkan sel telur. Namun dari perbedan ini terkadang orang menganggap bahwa seorang perempuan yang memiiki sipaf yang penuh lemah lembut dan selalu menggunakan perasaan dijadikan sebuah alasan untuk meremehakn perempuan bahwa mereka selalu dibawa kemapuan laki-laki. Padahal kita tau bahwa hal tersebut bisa dirubah karna itu hanyalah sebuah sifat.
    dari sini kita bisa tau bahwa banyak sekali persoalan yang diahdapi au perempuan dari segi ekonomi politik, bdaya sosial,dan bahkan agama. Dari segi politik; kaum perempuan cenderung dianggap tidak mimilki kemampuan untuk memimpin kalupun ada hanya stu dua, dari segi ekonomi mereka selalu di nomorduakan bahwa mereka tidak bisa dan tidak mampu menghasilkan hasil produksi yang banyak seperti kaum laki-laki sehingga gaji mereka lebih kecil. Dan kita tau dalam rumah tangga sering kali kita tau bahwa yang berhak memegang uang adalah seorang ayah padahal sistem pengaturan keuangan lebih bijak seorang perempuan. Dan dari segi budaya kaum perempuan dikunkung oleh sebuah aturan bahwa kaum perempuan tidak boleh keluar malam sampai lewat batas jam 9.00, dan kaum perempuan tidak boleh banyak ngomong dan berbicara itu tidak baik harus manut aja apa kata laki-laki, dan in i jelas bahwa budaya demokrasi telah dimatikan. Dan sampai mebawa nama-nama agama.
    Berangkat dari persolan diatas maka, muncullah yang namanya gejolak perlawanan kaum perempuan yang mempunyai basis teori dari sebuah permasalahan diatas, yang mana menuntut atas hak mereka sebagai manusia yang sama derajatnya dengan manusia lain, bukan berbicara laki-laki ataupun  perempuan.
    Feminisme
    Feminisme ialah; sebuah basis teori  dari gerakan pembenbasan permpuan.
    Ø    Gerakan Feminisme Liberal
    Gerakan ini muncul pada tahun 1980-an, dimana menuntut sebuah keterlibatan politk kaum perempuan. salah satu dari perspektif ini adalah buku kedua Naomi wolf fire with firo. Diman ia menunjukkan pentingnya “ feminisme” pada tahun 1990-an sdah kuat katanya, karena mereka memegang lebih dari 50% suara di AS, karena sekarang ada 2,339 juta perempuan di amerika serikat dengan pendapatan / tahun lebih dari 50.000 dolar” dan 80 % pengakarann konsumen.
    Namun kelamehan Feminisme liberal tidak pernah mempertanyakan idiologi patriarki, tidak mampu menjelaskan akar ketertindasn perempuan. Dan lebih menuntut hak-hak individu percepatan individu, dan solusi individu. ( pembebasan individu).
    Ø    Feminisme Marxis
    Feminisme marxis mengtakan bahwa kapitalisme hanyalah dapat membuat sukses untuk sejumlah kecil perempuan, dan sejarahnya ia hanya membuat demikian bahwa, kesetaran kau perempuan tidak akan bisa dicapai dibawa sistem kapitalime. Karena pembabasan secara individual tidak akan dan mustahil untuk mencapai sebuah kesetaran. Dan munculnya gerakan ini karena disaat itu perempuan mengalami perampasan, eksploitasi dan penindasan oleh negara maju terhadap negara peri-peri, dimana bertujan untuk suatu kepentingan. Dan solusi yang ditawarkan adalah sebuah persatuan kelas pekerja untuk melawan kekuatan kapitaslisme, karena kekuatan yang kuat tidak akan mungkin dikalahkan tampa sebuah persatuan yang kuat pula.
    Ø    Feminisme Radikal
    Ternn ini muncul sejak pertengahan tahun 70-an dimana ali8ran ini menawarkan idiologi seperatisme perempuan atau kebebasan perempuan untuk memilih pasangan hidup. Aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasi sosial berdasar jenis kelamin dibara pada tahun 1960-an, utamanya melawan kekerasan seksual dan industri pornografi.
    Namun kegagalan paling besar dari feminisme radikal adalah kegagaln menjelaskan mengapa banyak pemimpin perempuan justru menindas kaumnya sendiri. Misalnya, dinegri kita ini megawati sendiri seorang perempuan telah memotong banyak anggaran subsidi satu hal yang sangat merugikan kaum perempuan, karena mereka sulit mengatur anggaran belanjanya. Dan feminisme radikal mengatakan “lelaki musuh yang tidak terelakkan” karena ia mengatakan lelaki tidak  mengalami penindasan sexsual, maka laki-laki tidak mengerti akan perjuangan pembebasan perempuan.
    Ø    Feminisme Pas Modern
    Feminisme ini muncul atas ide yang anti absolut dan anti otoritas. Kegagalan ini feminisme pas modern ialah mereka menentang enguniversalan pengetahuan ilmiah dan kebenaran ejarah fakta. Ide ini muncul atas lunturnya  gerakan kiri pada tahun 1970-an, dan ide ini lahir dari keprustasian para mantan marxis yang salah satu motonya kelompok Frankfurt Scool.
    Dari keprustasian inilah mereka mengkonsep bahwa pembebasan perempuan dikembalikan kepada diri masing-masing individu. Mereka percaya bahwa, tidak akan ada satupun konsep pembebasan perempuan yang akan membebaskan perempuan sebagi kaum. Pembebasan itu hanya bisa terjadi jika semua perempuan sudah dapat menemukan konspsi mereka sendiri tentang pembebsan perempuan.
    Ø    Feminisme Sosialis
    Feminise sosialis mencoba membongkar akar ketertindasan perempuan dan menawarkan idiologi sosialis. Mereka mengatakan sistem penindasan terhadap kaum perempuan tidak akan pernah berakhir selama masih diterapkan sistem kapitalime. Inilah salah satu akar ketertindsan perempuan.
    Friedrich engels menjelaskan dalam buku klasik the origin of the family (1884). Keterpurukan kaum perempuan bukan karena perkembangan teknologi, dan bukan pula karena perempuan lema secara mental dan tenaga, atau sebab-sebab yang lain tetapi, karena munculnya sebuah kelas dalam masyarakat.
    Secara ringkas bisa dikatakan; perjuangan sosialisme tidak bisa dipisahkan dengan perjuangan laki-laki. Karena masyarakat yang terorganisirlah pembebasan perempuan sejati akan tercapai, yakni ketika masyarakat telah tercapi.

    Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

     
    Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host