Friday, March 23, 2012

REVIEW BUKU Ilmu Perbandingan Pendidikan BAB III&IV


REVIEW BUKU
Identitas Buku
Judul Buku      : Ilmu Perbandingan Pendidikan
Penulis             : Prof. H.M. Arifin.M.E.D
Penerbit           : PT.Golden Terayon Press
Kota Terbit      :Jakarta
Tebal Buku      : vii+125 hlm; 21cm
ILMU PERBANDINGAN PENDIDIKAN
BAB III DAN BAB IV
BAB III
Perkembangan Ilmu Perbandingan Pendidikan
Dalam bab ini dibahas tentang perkembangan ilmu perbandingan pendidikan. perkembangan ini telah dimulai sejak orang memperhatikan sistem kehidupan manusia di dalam masyarakat pada zaman lampau dimana manusia telah mulai melakukan hubungan sosial dan saling memperhatikan satu sama lain. Dengan perhatian orang lain tersebut, orang akan memperhatikan serta menjadikan kehidupan positif orang lain sebagai cerminan bagi dirinya. Terutama dalam sistem kehidupan.
Pendidikan merupaakan suatu gejala masyarakat, dalam artian bahwa sejak dahulu kegiatan manusia adalah mendidik anak-anaknya yang merupakan tugas utama mereka. Dan dalam mendidik anak, sudah tentunya cara yang digunakan berbeda-beda. Pendidikan dalam masyarakat lain adalah merupakan sistem kehidupan yang sejak dahulu menjadi perhatian setiap manusia, yang mendorong untuk dipelajari dan diambil manfaatnya melalui studi tentang segala aspek yang ada di dalamnya. Dengan tinjauan ini, ilmu perbandingan pendidikan berkembang sehingga ia membentuk dirinya sebagai suatu ilmu pengetahuan.
Ilmu perbandingan pendidikan tumbuh dan berkembang melalui 4 tahap periode yaitu:
1.      Periode observasi tentang sistem kehidupan di Negara lain secara umum.
Pada periode ini belum terdapat langkah atau metode pendidikan atau non-pendidikan. gambaran masih bersifat umum dan mengadalkan kekuatan daya ingat pikiran. Para perantau ke Negara lain yang bermediakan perdagangan, pariwisata, perang dan lain-lain masih sedikit yang  memperhatikan sistem kehidupan dan dasar-dasarnya. Hanya menceritakan secara lisan sebatas pengalaman kunjungan mereka yang hanya sepintas.
Dengan mendengarkan cerita-cerita tersebut atau membaca tulisan tentang sistem dan cara kehidupan bangsa lain atau keadaan yang berbeda dengan sistem dan keadaan yang dimiliki, akan menimbulkan dorongan berpikir tentang ikhwal kehidupannya sendiri. Dan dari sinilah timbul pemikiran baru bahkan juga kritik-kritik tentang kelemahan,  cacat dan kekurangannya. Dan dengan hal tersebut timbullah jalan baru untuk lebih maju lagi. Sehingga muncullah para penjelajah yang mulai menuliskan berbagai pengalaman dan pengamatanya.
2.      Periode observasi sistem pendidikan di Negara lain.
Periode ini dimulai pada penghujung abad 18 yang ditandai dengan semakin banyaknya tulisan tentang sistem pendidikan di Negara lain yang tersusun khusus serta dipisahkan dari tulisan-tulisan  tentang sistem kehidupan di Negara lain. Pada masa ini kemajuan pendidikan sangat berkaitan erat dengan kemajuan ekonomi dan industri. Dengan pengaruh kemajuan ekonomi dan industri, bangsa barat mulai memperluas pembukaan sekolah serta mendorong para pendidik dan sarjana untuk mempelajari dasar-dasar kemajuan itu. Oleh karena itu dengan mempelajari sistem pendidikan di Negara yang lebih maju, orang akan membangun pendidikan di Negaranya sendiri.
3.      Periode memperhubungkan antara sistem pengajaran/pengajaran dengan masyarakatnya.
Periode ini dimulai pada awal abad ke-20 yang ditandai dengan studi yang mengaitkan pendidikan dengan masyarakat mulai digencarkan. Periode ini diprakarsai oleh dewan pendidikan Inggris dibawah komando Sir Michael Sadler yang menitik beratkan studinya pada perbandingan pendidikan. Ia mengaitkan sistem pendidikan dengan kebudayaan masyarakat di setiap Negara, karena  pengaitan tersebut merupakan sistem analisa yang benar dalam studi perbandingan pendidikan.
Dengan kemajuan tekhnologi dan ilmu pengetahuan , hubungan satu Negara dengan Negara yang lain semakin mudah dalam perluasan bidang studi ini sampai menjangkau bidang-bidang kehidupan masyarakat lainnya. Dan dengan terbitnya buku-buku yang ditulis oleh para sarjana yang melakukan studi perbandingan pendidikan, menimbulkan dorongan untuk memperdalam faktor-faktor yang sangat mendasar yang berpengaruh atas perkembangan pendidikan suatu bangsa.
4.      Periode menjelajah faktor kebudayaan yang melandasi atau yang melatar belakangi sistem pendidikan di berbagai Negara secara umum.
Pada periode ini sudah tercipta berbagai metode studi perbandingan, prosedur-prosedurnya serta ketentuan-ketentuannya, baik studi antar regional maupun antar Negara yang menuntut para sarjana untuk mengumpulkan berbagai informasi dan data mengenai operasional Negara lain yang disertai dengan fakta-fakta tentang situasi,  kondisi dan kebudayaan yang mempengaruhinya.
BAB IV
Ketentuan-ketentuan Pembahasan dalam Ilmu Perbandingan Pendidikan
Dalam bab ini dibahas tentang ketentuan-ketentuan pembahasan dalam ilmu perbandingan pendidikan. Agar dalam studi Ilmu Perbandingan Pendidikan dapat berlangsung secara mendalam dan meluas berdasarkan atas pemikiran yang sistematis dan konsisten serta komprehensif. Maka para pembahas perlu memiliki berbagai  kemampuan analisis – ilmiah dalam menginteprestasikan dan menganalisa segala informasi dan data serta fakta yang berhubungan dengan masalah studi perbandingan pendidikan. Oleh karena itu para pembahas harus mempersiapkan diri dengan bekal ilmu pengetahuan serta pribadi yang tidak memihak dalam menelaah permasalahan kependidikan beserta data dan fakta pedagogis yang menyertai dan menompangnya.
Dari hal tersebut banyak para ilmuan pendidikan dan dewan dari lembaga-lembaga pendidikan yang mencoba merumuskan ketentuan-ketentuan pembahasan dalam ilmu perbandingan pendidikan. adapun beberapa diantaranya adalah ketentuan bagi pembahas yaitu; (1). Mampu menganalisa dan menginteprestasikan serta mengevaluasi data permasalahan pendidikan, (2). Mampu memahami perkembangan historis secara umum dari Negara yang distudi, (3). Mampu memahami hakikat dari permasalahan pendidikan, (4). mampu memahami dan memikirkan permasalahan pendidikan secara luas dan mendalam, (5). Mampu mengambil faedah dari pemikiran kependidikan secara umum, (6). Mampu memahami secara luas bahasa asing dari Negara yang distudinya dan mampu melakukan kunjungan studi dan hubungan-hubungan dengan Negara yang distudinya.
Dalam kegiatan pembahasan perbandingan tidaklah mudah karena sering tertumbuk kesulitan-kesulitan yang sulit ditembus. Olehnya pembahasan ini tidak dapat hanya semata-mata menggantungkan pada buku-buku teks maupun refrensi-refrensi yang ada, dan  juga tidak hanya bergantung pada pengalaman-pengalaman serta percobaan-percobaan melainkan bergantung pada banyak hal. Dan problematika tersebut dapat terlihat dalam beberapa hal berikut : (1). Perbedaan data statistik antar Negara saling berbeda satu sama lain, hal tersebut akan menimbulkan kesulitan dalam penginteprestasi-an dan penganalisaan data yang kurang akurat, sehingga kenyataan obyektif sulit diketahui. (2). Data yang tersaji terkadang tidak up to date sehingga kevalidan data diragukan. (3). Walaupun data statistik yang baru dengan angka-angkanya yang reliable, belum dapat menjamin para penstudi memecahkan kesulitan yang dihadapi, oleh karena itu terkadang data kuantitatif terasa keras dan gersang. (4). Perbedaan istilah jenjang belajar serta lamanya studi antar Negara memaksa para penstudi memahaminya dan membandingkan dengan Negara yang distudi. (5). Studi ini juga menuntut para pensetudi untuk memahami bahasa dari Negara yang distudi untuk mengetahui keadaan realita yang terjadi pada Negara tersebut. (6). Studi ini menuntut para pensetudi untuk membekali diri dengan banyak ilmu baik kependidikan maupun non kependidikan. (7). Kesulitan dalam penggunaan pengalaman psikologi dan analogi rasional dikarenakan perbedaan pengalaman dalam masyarakat. (8). Studi ini juga menuntut pembahasan untuk memadukan antara materi dan topik pembahasan. Dengan demikian apabila ada dua hal yang bertentangan, dapat diperbandingkan dengan rasional sedemikian rupa, sehingga materi esensinya tidak melebihi batas-batas studi dalam rangka menghindari diri dari kerusakan.
Akan tetapi hal yang paling penting adalah materi esensinya ini, karena dengan esensi tersebut pembahas akan merasakan hakekat problematikanya, namun topik pembahasan pun diperlukan juga, karena dapat menghubungkan sebab akibat.

0 komentar:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Host