REVIEW
BUKU
Identitas Buku
Judul Buku :
Ilmu Perbandingan Pendidikan
Penulis :
Prof. H.M. Arifin.M.E.D
Penerbit :
PT.Golden Terayon Press
Kota Terbit :Jakarta
Tebal Buku :
vii+125 hlm; 21cm
ILMU PERBANDINGAN PENDIDIKAN
BAB III DAN BAB IV
BAB
III
Perkembangan
Ilmu Perbandingan Pendidikan
Dalam bab ini dibahas
tentang perkembangan ilmu perbandingan pendidikan. perkembangan ini telah
dimulai sejak orang memperhatikan sistem kehidupan manusia di dalam masyarakat
pada zaman lampau dimana manusia telah mulai melakukan hubungan sosial dan
saling memperhatikan satu sama lain. Dengan perhatian orang lain tersebut,
orang akan memperhatikan serta menjadikan kehidupan positif orang lain sebagai
cerminan bagi dirinya. Terutama dalam sistem kehidupan.
Pendidikan merupaakan suatu
gejala masyarakat, dalam artian bahwa sejak dahulu kegiatan manusia adalah
mendidik anak-anaknya yang merupakan tugas utama mereka. Dan dalam mendidik anak,
sudah tentunya cara yang digunakan berbeda-beda. Pendidikan dalam masyarakat
lain adalah merupakan sistem kehidupan yang sejak dahulu menjadi perhatian
setiap manusia, yang mendorong untuk dipelajari dan diambil manfaatnya melalui
studi tentang segala aspek yang ada di dalamnya. Dengan tinjauan ini, ilmu
perbandingan pendidikan berkembang sehingga ia membentuk dirinya sebagai suatu
ilmu pengetahuan.
Ilmu perbandingan pendidikan
tumbuh dan berkembang melalui 4 tahap periode yaitu:
1. Periode
observasi tentang sistem kehidupan di Negara lain secara umum.
Pada periode ini
belum terdapat langkah atau metode pendidikan atau non-pendidikan. gambaran
masih bersifat umum dan mengadalkan kekuatan daya ingat pikiran. Para perantau
ke Negara lain yang bermediakan perdagangan, pariwisata, perang dan lain-lain
masih sedikit yang memperhatikan sistem
kehidupan dan dasar-dasarnya. Hanya menceritakan secara lisan sebatas
pengalaman kunjungan mereka yang hanya sepintas.
Dengan
mendengarkan cerita-cerita tersebut atau membaca tulisan tentang sistem dan
cara kehidupan bangsa lain atau keadaan yang berbeda dengan sistem dan keadaan
yang dimiliki, akan menimbulkan dorongan berpikir tentang ikhwal kehidupannya
sendiri. Dan dari sinilah timbul pemikiran baru bahkan juga kritik-kritik
tentang kelemahan, cacat dan
kekurangannya. Dan dengan hal tersebut timbullah jalan baru untuk lebih maju
lagi. Sehingga muncullah para penjelajah yang mulai menuliskan berbagai pengalaman
dan pengamatanya.
2. Periode
observasi sistem pendidikan di Negara lain.
Periode ini
dimulai pada penghujung abad 18 yang ditandai dengan semakin banyaknya tulisan
tentang sistem pendidikan di Negara lain yang tersusun khusus serta dipisahkan
dari tulisan-tulisan tentang sistem
kehidupan di Negara lain. Pada masa ini kemajuan pendidikan sangat berkaitan
erat dengan kemajuan ekonomi dan industri. Dengan pengaruh kemajuan ekonomi dan
industri, bangsa barat mulai memperluas pembukaan sekolah serta mendorong para
pendidik dan sarjana untuk mempelajari dasar-dasar kemajuan itu. Oleh karena
itu dengan mempelajari sistem pendidikan di Negara yang lebih maju, orang akan
membangun pendidikan di Negaranya sendiri.
3. Periode
memperhubungkan antara sistem pengajaran/pengajaran dengan masyarakatnya.
Periode ini
dimulai pada awal abad ke-20 yang ditandai dengan studi yang mengaitkan
pendidikan dengan masyarakat mulai digencarkan. Periode ini diprakarsai oleh
dewan pendidikan Inggris dibawah komando Sir Michael Sadler yang menitik
beratkan studinya pada perbandingan pendidikan. Ia mengaitkan sistem pendidikan
dengan kebudayaan masyarakat di setiap Negara, karena pengaitan tersebut merupakan sistem analisa
yang benar dalam studi perbandingan pendidikan.
Dengan kemajuan
tekhnologi dan ilmu pengetahuan , hubungan satu Negara dengan Negara yang lain
semakin mudah dalam perluasan bidang studi ini sampai menjangkau bidang-bidang
kehidupan masyarakat lainnya. Dan dengan terbitnya buku-buku yang ditulis oleh
para sarjana yang melakukan studi perbandingan pendidikan, menimbulkan dorongan
untuk memperdalam faktor-faktor yang sangat mendasar yang berpengaruh atas
perkembangan pendidikan suatu bangsa.
4. Periode
menjelajah faktor kebudayaan yang melandasi atau yang melatar belakangi sistem
pendidikan di berbagai Negara secara umum.
Pada periode ini
sudah tercipta berbagai metode studi perbandingan, prosedur-prosedurnya serta
ketentuan-ketentuannya, baik studi antar regional maupun antar Negara yang
menuntut para sarjana untuk mengumpulkan berbagai informasi dan data mengenai operasional
Negara lain yang disertai dengan fakta-fakta tentang situasi, kondisi dan kebudayaan yang mempengaruhinya.
BAB
IV
Ketentuan-ketentuan
Pembahasan dalam Ilmu Perbandingan Pendidikan
Dalam bab ini dibahas
tentang ketentuan-ketentuan pembahasan dalam ilmu perbandingan pendidikan. Agar
dalam studi Ilmu Perbandingan Pendidikan dapat berlangsung secara mendalam dan
meluas berdasarkan atas pemikiran yang sistematis dan konsisten serta
komprehensif. Maka para pembahas perlu memiliki berbagai kemampuan analisis – ilmiah dalam
menginteprestasikan dan menganalisa segala informasi dan data serta fakta yang
berhubungan dengan masalah studi perbandingan pendidikan. Oleh karena itu para
pembahas harus mempersiapkan diri dengan bekal ilmu pengetahuan serta pribadi
yang tidak memihak dalam menelaah permasalahan kependidikan beserta data dan
fakta pedagogis yang menyertai dan menompangnya.
Dari hal tersebut banyak
para ilmuan pendidikan dan dewan dari lembaga-lembaga pendidikan yang mencoba
merumuskan ketentuan-ketentuan pembahasan dalam ilmu perbandingan pendidikan.
adapun beberapa diantaranya adalah ketentuan bagi pembahas yaitu; (1). Mampu menganalisa
dan menginteprestasikan serta mengevaluasi data permasalahan pendidikan, (2).
Mampu memahami perkembangan historis secara umum dari Negara yang distudi, (3).
Mampu memahami hakikat dari permasalahan pendidikan, (4). mampu memahami dan
memikirkan permasalahan pendidikan secara luas dan mendalam, (5). Mampu mengambil
faedah dari pemikiran kependidikan secara umum, (6). Mampu memahami secara luas
bahasa asing dari Negara yang distudinya dan mampu melakukan kunjungan studi
dan hubungan-hubungan dengan Negara yang distudinya.
Dalam kegiatan pembahasan
perbandingan tidaklah mudah karena sering tertumbuk kesulitan-kesulitan yang
sulit ditembus. Olehnya pembahasan ini tidak dapat hanya semata-mata
menggantungkan pada buku-buku teks maupun refrensi-refrensi yang ada, dan juga tidak hanya bergantung pada
pengalaman-pengalaman serta percobaan-percobaan melainkan bergantung pada
banyak hal. Dan problematika tersebut dapat terlihat dalam beberapa hal berikut
: (1). Perbedaan data statistik antar Negara saling berbeda satu sama lain, hal
tersebut akan menimbulkan kesulitan dalam penginteprestasi-an dan penganalisaan
data yang kurang akurat, sehingga kenyataan obyektif sulit diketahui. (2). Data
yang tersaji terkadang tidak up to date
sehingga kevalidan data diragukan. (3). Walaupun data statistik yang baru
dengan angka-angkanya yang reliable, belum dapat menjamin para penstudi
memecahkan kesulitan yang dihadapi, oleh karena itu terkadang data kuantitatif
terasa keras dan gersang. (4). Perbedaan istilah jenjang belajar serta lamanya
studi antar Negara memaksa para penstudi memahaminya dan membandingkan dengan
Negara yang distudi. (5). Studi ini juga menuntut para pensetudi untuk memahami
bahasa dari Negara yang distudi untuk mengetahui keadaan realita yang terjadi
pada Negara tersebut. (6). Studi ini menuntut para pensetudi untuk membekali
diri dengan banyak ilmu baik kependidikan maupun non kependidikan. (7).
Kesulitan dalam penggunaan pengalaman psikologi dan analogi rasional
dikarenakan perbedaan pengalaman dalam masyarakat. (8). Studi ini juga menuntut
pembahasan untuk memadukan antara materi dan topik pembahasan. Dengan demikian
apabila ada dua hal yang bertentangan, dapat diperbandingkan dengan rasional
sedemikian rupa, sehingga materi esensinya tidak melebihi batas-batas studi
dalam rangka menghindari diri dari kerusakan.
Akan tetapi hal yang paling
penting adalah materi esensinya ini, karena dengan esensi tersebut pembahas
akan merasakan hakekat problematikanya, namun topik pembahasan pun diperlukan
juga, karena dapat menghubungkan sebab akibat.
0 komentar:
Post a Comment