Oleh: Almas Juniar Akbar
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sudah menjadi kodratnya bahwa manusia dilahirkan
didunia ini untuk menjadi pemimpin atau kholifah
fil ‘ardhi sebagaimana firman Allah dalam surat Al-baqoroh: 30 yang
berbunyi: “Ingatlah ketika Tuhanmu
berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi”.
Menurut Bachtiar Surin yang dikutip oleh Maman Ukas
bahwa “Perkataan Kholifah berarti penghubung atau pemimpin yang diserahi untuk
menyampaikan atau memimpin sesuatu”.
Dari uraian diatas telah tampak jelas bahwa manusia
dilahirkan telah membawa sifat dan mengemban tugas sebagai seorang
pemimpin. Dan dengan perkembangan zaman
yang serba dituntut untuk menuju perubahan serta semakin kompleksnya
masalah-masalah yang timbul, seorang pemimpin membutuhkan ilmu sebagai petunjuk
untuk menuntun umatnya. Di sinilah peran pendidikan sebagai lahan pengembangan
potensi diperlukan. Dan tujuan pendidikan tak akan tercapai secara optimal
tanpa adanya manajemen atau pengelolaan pendidikan yang baik, yang selanjutnya
dalam manajemen pendidikan ini diperlukan seorang pemimpin yang memiliki
kemampuan untuk memimpin.
Pemimpin merupakan kepercayaan yang diberikan kepada
seseorang untuk memberikan komando atau arahan untuk mencapai tujuan tertentu.
Dan peran seorang pemimpin dalam organisasi dapat mempengaruhi moral, kepuasan
kerja dan kwalitas kehidupan kerja para bawahan, dan selanjutnya keberhasilan
bawahan akan mempengaruhi tingkat prestasi organisasi. Sebab perilaku
organisasi sangat dipengaruhi oleh perilaku setiap individu yang ada di dalam
organisasi tersebut. Dan dalam setiap
realitasnya bahwa pemimpin dalam melaksanakan proses kepemimpinannya terjadi
permbedaan antara pemimpin yang satu dengan yang lainnya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa saja tipe-tipe kepemimpinan?
2.
Bagaimanakah cirri-ciri dan tipe kepemimpinan yang
baik?
3.
Apa hakikat kepemimpinan?
4.
Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi
kepemimpinan?
5.
Bagaimanakah peranan seorang pemimpin?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Tipe-Tipe
Kepemimpinan
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan maka akan
berlangsung aktivitas kepemimpinan. Hal ini apabila dipilah-pilah maka akan
terlihat gaya kepemimpinan dengan pola masing-masing.[1] Dan
setiap pemimpin memiliki karakteristik atau tipe kepemimpinan yang berbeda-beda
antar satu pemimpin dengan pemimpin yang lain. Secara garis besarnya tipe kepemimpinan dibagi menjadi tiga pola dasar,
yakni:
1.
Gaya kepemimpinan
yang berpola pada kepentingan pelaksanaan tugas.
2.
Gaya
kepemimpinan yang berpola pada pelaksanaan hubungan kerja sama.
3.
Gaya
kepemimpinan yang berpola pada kepentingan hasil yang akan dicapai.
Berdasarkan pola-pola tersebut
G. R. Terry yang dikutif Maman Ukas, bahwa pendapatnya membagi tipe-tipe
kepemimpinan menjadi 6, yaitu :
1.
Tipe kepemimpinan pribadi (personal leadership)
Dalam
system kepemimpinan ini, segala sesuatu tindakan itu dilakukan dengan
mengadakan kontak pribadi. Petunjuk itu dilakukan secara lisan atau langsung
dilakukan secara pribadi oleh pemimpin yang bersangkutan.
2.
Tipe kepemimpinan non pribadi (non personal leadership)
Segala
sesuatu kebijaksanaan yang dilaksanakan melalui bawahan-bawahan atau media non
pribadi baik rencana atau perintah juga pengawasan.
3.
Tipe kepemimpinan otoriter (autoritotian leadership)
Pemimpin
otoriter biasanya bekerja keras, sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja
menurut peraturan-peraturan yang berlaku secara ketat dan
instruksi-instruksinya harus ditaati.
4.
Tipe kepemimpinan demokratis (democratis leadership)
Pemimpin
yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan
bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang
terlaksananya tujuan bersama. Agar setiap anggota turut bertanggung jawab, maka
seluruh anggota ikut serta dalam segala kegiatan, perencanaan, penyelenggaraan,
pengawasan, dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai potensi yang
berharga dalam usahan pencapaian tujuan.
5.
Tipe kepemimpinan paternalistis (paternalistis leadership)
Kepemimpinan
ini dicirikan oleh suatu pengaruh yang bersifat kebapakan dalam hubungan
pemimpin dan kelompok. Tujuannya adalah untuk melindungi dan untuk memberikan
arah seperti halnya seorang bapak kepada anaknya.
6.
Tipe kepemimpinan menurut bakat (indogenious leadership)
Biasanya
timbul dari kelompok orang-orang yang informal di mana mungkin mereka berlatih
dengan adanya system kompetisi, sehingga bisa menimbulkan klik-klik dari
kelompok yang bersangkutan dan biasanya akan muncul pemimpin yang mempunyai
kelemahan di antara yang ada dalam kelempok tersebut menurut bidang keahliannya
di mana ia ikur berkecimpung.
Daniel Goleman, ahli di bidang EQ, melakukan
penelitian tentang tipe-tipe kepemimpinan dan menemukan ada 6 (enam) tipe kepemimpinan. Penelitian itu
membuktikan pengaruh dari masing-masing tipe terhadap iklim kerja perusahaan,
kelompok, divisi serta prestasi keuangan perusahaan. Namun hasil penelitian itu
juga menunjukkan, hasil kepemimpinan yang terbaik tidak dihasilkan dari satu
macam tipe. Yang paling baik justru jika seorang pemimpin dapat
mengkombinasikan beberapa tipe tersebut secara fleksibel dalam suatu waktu
tertentu dan yang sesuai dengan bisnis yang sedang dijalankan. Memang, hanya
sedikit jumlah pemimpin yang memiliki enam tipe tersebut dalam diri mereka.
Pada umumnya hanya memiliki 2 (dua) atau beberapa saja. Penelitian yang dilakukan terhadap para pemimpin
tersebut juga menghasilkan data, bahwa pemimpin yang paling berprestasi
ternyata menilai diri mereka memiliki kecerdasan emosional yang lebih rendah
dari yang sebenarnya. Pada umumnya mereka menilai bahwa dirinya hanya memiliki
satu atau dua kemampuan kecerdasan emosional.
Selanjutnya
menurut Kurt Lewin yang dikutif oleh Maman Ukas mengemukakan tipe-tipe kepemimpinan menjadi tiga bagian, yaitu :
1. Otokratis
Pemimpin
yang demikian bekerja keras,
sungguh-sungguh, teliti dan tertib. Ia bekerja menurut peraturan yang berlaku
dengan ketat dan instruksi-instruksinya harus ditaati karena pemimpin merupakan penentu nasib orang yang dipimpin. Pihak pemimpin memandang dirinya lebih dalam segala
hal dibandingkan dengan pihak yang dipimpin. Tekanan berupa ancaman sanksi dan
hukuman dijadikan alat utama dalam menjalankan kepemimpinannya.[2]
2. Demokratis
Pemimpin
yang demokratis menganggap dirinya sebagai bagian dari kelompoknya dan
bersama-sama dengan kelompoknya berusaha bertanggung jawab tentang pelaksanaan
tujuannya. Pemimpin dengan tipe ini
menganggap setiap individu harus dihormati eksistensi dan peranannya dalam
memajukan dan mengembangkan organisasi. Oleh karena itu setiap kemauan,
kehendak, kemampuan, buah pikiran, gagasan pendapat, minat dan perhatian dll
yang berbeda-beda antar individu selalu dihargai dan disalurkan untuk
kepentingan bersama.[3] Agar setiap
anggota turut serta dalam setiap kegiatan-kegiatan, perencanaan,
penyelenggaraan, pengawasan dan penilaian. Setiap anggota dianggap sebagai
potensi yang berharga dalam usaha pencapaian tujuan yang diinginkan.
3. Laissezfaire
Pemimpin
yang bertipe demikian, segera setelah tujuan diterangkan pada bawahannya, untuk
menyerahkan sepenuhnya pada para bawahannya untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. Ia hanya akan menerima
laporan-laporan hasilnya dengan tidak terlampau turut campur tangan atau tidak
terlalu mau ambil inisiatif, semua pekerjaan itu tergantung pada inisiatif dan
prakarsa dari para bawahannya, sehingga dengan demikian dianggap cukup dapat
memberikan kesempatan pada para bawahannya bekerja bebas tanpa kekangan.
Selain
dari pendapat diatas, menurut
beberapa kelompok sarjana (dalam Kartono, 2003); Shinta (2002) membagi Tipe
Kepemimpinan berbagai macam sebgaimana berikut:
1.
Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe
kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang
luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang
sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan
kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan
kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang diperolehnya sebagai karunia Yang
Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian, dan
berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan kharismatik
memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.
2.
Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik
Kepemimpinan
paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan
sifat-sifat sebagai berikut:
a.
Mereka
menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak/belum dewasa, atau anak
sendiri yang perlu dikembangkan,
b.
Mereka
bersikap terlalu melindungi,
c.
Mereka
jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri,
d.
Mereka
hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif,
e.
Mereka
memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan pada pengikut atau
bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka sendiri,
f.
Selalu
bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan
tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat
sikap over-protective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol
disertai kasih sayang yang berlebih lebihan.
3.
Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe
kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter.
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
a.
Lebih
banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana,
b.
Menghendaki
kepatuhan mutlak dari bawahan,
c.
Sangat
menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang
berlebihan,
d.
Menuntut
adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,
e.
Tidak
menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
f.
Komunikasi
hanya berlangsung searah.
4.
Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan
otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:
a.
Mendasarkan
diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi,
b.
Pemimpinnya
selalu berperan sebagai pemain tunggal,
c.
Berambisi
untuk merajai situasi,
d.
Setiap
perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,
e.
Bawahan
tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang
akan dilakukan,
f.
Semua
pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas pertimbangan
pribadi,
g.
Adanya
sikap eksklusivisme,
h.
Selalu
ingin berkuasa secara absolut,
i.
Sikap
dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku,
j.
Pemimpin
ini akan bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5.
Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe
kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi
sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab
harus dilakukan oleh bawahannya sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai
simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa
mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya
diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh
karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
6.
Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan
populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan
jenis ini mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7.
Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan
tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. Pemimpin bekerja secara berencana,
sistematis dan tertib, dengan memanfaatkan berbagai masukan dari orang lain,
baik dari dalam maupun luar organisasinya. Untuk itu dalam menentukan suatu
putusan, pemimpin menyenangi musyawarah untuk memperoleh bahan masukan.[4]
Pemimpinnya biasanya
terdiri dari teknokrat-teknokrat dan administratur-administratur yang mampu
menggerakkan dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat
tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan.
Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu
teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah
masyarakat.
8.
Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan
demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.
Kepemimpinan
demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang
mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu
memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, tergantung pada situasi dan
kondisi. Oleh karena itu
dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang
akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan
kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk
mendapatkan manfaat.
B. Ciri-ciri Pemimpin dan Kepemimpinan Yang Baik
Sebagai
seorang pemimpin yang mengingikan kemajuan bagi anggota dan organisasi yang
dipimpinnya, hendaknya seorang pemimpin harus memiliki :
1.
Pengetahuan
umum yang luas, semakin tinggi kedudukan seseorang dalam hirarki kepemimpinan
organisasi, ia semakin dituntut untuk mampu berpikir dan bertindak secara
generalis.
2.
Kemampuan
untuk tumbuh dan berkembang dalam memajukan organisasi.
3.
Sikap yang
intuitif atau rasa ingin tahu, merupakan suatu sikap yang mencerminkan dua hal:
pertama, tidak merasa puas dengan tingkat pengetahuan yang dimiliki; kedua,
kemauan dan keinginan untuk mencari dan menemukan hal-hal baru.
4.
Kemampuan
Analitik, efektifitas kepemimpinan seseorang tidak lagi pada kemampuannya
melaksanakan kegiatan yang bersifat teknis operasional, melainkan pada
kemampuannya untuk berpikir. Cara dan kemampuan berpikir yang diperlukan adalah
yang integralistik, strategik dan berorientasi pada pemecahan masalah.
5.
Daya ingat
yang kuat, pemimpin harus mempunyai kemampuan inteletual yang berada di atas
kemampuan rata-rata orang-orang yang dipimpinnya, salah satu bentuk kemampuan
intelektual adalah daya ingat yang kuat.
6.
Kapasitas
integratif, pemimpin harus menjadi seorang integrator dan memiliki pandangan
holistik mengenai orgainasi.
7.
Ketrampilan
berkomunikasi secara efektif, fungsi komunikasi dalam organisasi antara lain :
fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi
pengawasan.
8.
Keterampilan
Mendidik, memiliki kemampuan menggunakan kesempatan untuk meningkatkan
kemampuan bawahan, mengubah sikap dan perilakunya dan meningkatkan dedikasinya
kepada organisasi.
9.
Rasionalitas,
semakin tinggi kedudukan manajerial seseorang semakin besar pula tuntutan
kepadanya untuk membuktikan kemampuannya untuk berpikir. Hasil pemikiran itu
akan terasa dampaknya tidak hanya dalam organisasi, akan tetapi juga dalam
hubungan organisasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan di luar organisasi
tersebut.
10. Objektivitas, pemimpin diharapkan dan bahkan
dituntut berperan sebagai bapak dan penasehat bagi para bawahannya. Salah
satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam mengemudikan organisasi terletak
pada kemampuannya bertindak secara objektif.
11. Pragmatisme, dalam kehidupan organisasional, sikap
yang pragmatis biasanya terwujud dalam bentuk sebagai berikut : pertama,
kemampuan menentukan tujuan dan sasaran yang berada dalam jangkauan kemampuan
untuk mencapainya yang berarti menetapkan tujuan dan sasaran yang realistik
tanpa melupakan idealisme. Kedua, menerima kenyataan apabila dalam perjalanan
hidup tidak selalu meraih hasil yang diharapkan.
12. Kemampuan Menentukan Prioritas, dengan membedakan
hal yang Urgen dan yang Penting
13. Naluri yang Tepat, kemampuannya untuk memilih waktu
yang tepat untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
14. Rasa Kohesi yang tinggi, :senasib sepenanggungan”,
ketertarikan satu sama lain.
15. Rasa Relevansi yang tinggi, pemimpin tersebut mampu
berpikir dan bertindak sehingga hal-hal yang dikerjakannya mempunyai relevansi
tinggi dan langsung dengan usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasaran
organisasi.
16. Keteladanan, seseorang yang dinilai pantas dijadikan
sebagai panutan dan teladan dalam sikap, tindak-tanduk dan perilaku.
17. Menjadi Pendengar yang Baik, tidak terlalu cepat
memberikan tanggapan terhadap pendapat orang lain.
18. Adaptabilitas, kepemimpinan selalu bersifat
situasional, kondisional, temporal dan spatial.
19. Fleksibilitas, mampu melakukan perubahan dalam cara
berpikir, cara bertindak, sikap dan perilaku agar sesuai dengan tuntutan
situasi dan kondisi tertentu yang dihadapi tanpa mengorbankan prinsip-prinsip
hidup yang dianut oleh seseorang.
20. Ketegasan, keberanian, orientasi masa depan serta
sikap yang antisipatif dan proaktif.
Dalam
Astra Brata terdapat 8 sifat inti
dalam tradisi Jawa yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin jika untuk
menciptakan ketentraman dan kesejahteraan pada bawahannya.
Delapan sifat pemimpin menurut falsafah Asta
Brata antara laian:
1. Laku Hambeging indra
Seorang yang
dipercaya menjadi pemimpin, hendaknya mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya
dan dalam segala tindakannya dapat membawa kesejukan dan kewibawaan yang
seperti bintang. Maknanya, seorang pemimpin haruslah kuat, tidak mudah goyah,
berusaha menggunakan kemampuan untuk kebaikan rakyat, tidak mengumbar hawa
nafsu, kuat hati dan tidak suka berpura-pura. Seorang pemimpin haruslah adil
seperti air, yang jika di seduh di gelas akan rata mengikuti wadahnya. Keadilan
yang ditegakkan bisa memberi kecerahan ibarat air yang membersihkan kotoran.
Air juga tidak pernah emban oyot emban cindhe “pilih kasih” karena air
akan selalu turun ke bawah, tidak naik ke atas.
2. Laku Hambeging Yama
Pemimpin
hendaknya meneladani sikap dan sifat Dewa Yama, dimana Dewa Yama selalu
menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yang berlaku demi mengayomi
rakyatnya. Harus menindak tegas abdinya, jika mengetahui abdinya itu memakan
uang rakyat dan mengkhianati negaranya. Dewa Yama memiliki sifat seperti mendung
(awan), mengumpulkan segala yang tidak berguna menjadi lebih berguna. Adil
tidak pilih kasih. Bisa memberikan ganjaran yang berupa hujan dan keteduhan.
Jika ada yang salah maka akan dihukum dengan petir dan halilintar.
3. Laku Hambeging Surya
Seorang
pemimpin yang baik haruslah memiliki sifat dan sikap seperti matahari (surya)
yang mampu memberi semangat dan kekuatan yang penuh dinamika serta menjadi
sumber energi bagi bumi pertiwi. Sifat matahari berarti sabar dalam bekerja,
tajam, terarah dan tanpa pamrih. Semua yang dijemur pasti kena sinarnya, tapi
tidak dengan serta merta langsung dikeringkan. Jalannya terarah dan luwes.
Tujuannya agar setiap manusia sabar dan tidak sulit dalam mengupayakan rejeki.
Menjadi matahari juga berarti menjadi inspirasi pada bawahannya, ibarat
matahari yang selalu menyinari semesta.
4. Laku Hambeging Candra
Pemimpin
hendaknya memiliki sifat dan sikap yang mampu memberikan penerangan bagi
rakyatnya yang berada dalam kebodohan dengan wajah yang penuh kesejukan seperti
rembulan (candra), penuh simpati, sehingga rakyat menjadi tentram dan
hidup dengan nyaman. Rembulan juga bersifat halus budi, terang perangai,
menebarkan keindahan kepada seisi alam. Seorang pemimpin harus berlaku
demikian, menjadi penerang bagi rakyatnya.
5. Laku Hambeging Maruta
Maruta adalah
angin. Pemimpin harus menjadi seperti angin. Senantiasa memberikan kesegaran
dan selalu turun ke bawah melihat rakyatnya. Angin tidak berhenti memeriksa dan
meneliti, selalu melihat perilaku manusia, bisa menjelma besar atau kecil,
berguna jika digunakan. Jalannya tidak kelihatan, nafsunya tidak ditonjolkan.
Jika ditolak ia tidak marah dan jika ditarik ia tidak dibenci. Seorang pemimpin
harus berjiwa teliti di mana saja berada. Baik buruk rakyat harus diketahui oleh
mata kepala sendiri, tanpa menggantungkan laporan bawahannya. Biasanya, bawahan
bagitu pelit dan selektif dalam memberikan laporan kepada pemimpin, dan
terkadang hanya kondisi baik-baiknya saja yang dilaporkan.
6. Laku Hambeging Bumi
Pemimpin
hendaknya memiliki sifat-sifat utama dari bumi, yaitu teguh, menjadi landasan
pijak dan memberi kehidupan (kesejahteraan) untuk rakyatnya. Bumi selalu
dicangkul dan digali, namun bumi tetap ikhlas dan rela. Begitu pula dengan
seorang pemimpin yang rela berkorban kepentingan pribadinya untuk kepentingan
rakyat. Seorang pemimpin haruslah memiliki sikap welas asih seperti
sifat-sifat bumi. Falsafah bumi yang lain adalah air tuba dibalas dengan air
susu. Keburukan selalu dibalas dengan kebaikan dan keluhuran.
7. Laku Hambeging Baruna
Baruna
berarti samudra yang luas. Sebuah samudra memiliki wawasan yang luas, mampu
mengatasi setiap gejolak dengan baik, penuh kearifan dan kebijaksanaan.
Samudera merupakan wadah air yang memiliki sifat pemaaf, bukan pendendam. Air
selalu diciduk dan diambil tapi pulih tanpa ada bekasnya. Seorang pemimpin
harus mempunyai sifat pemaaf, sebagaimana sifat air dalam sebuah samudra yang
siap menampung apa saja yang hanyut dari daratan. Samudra mencerminkan jiwa
yang mendukung pluralisme dalam hidup bermasyarakat yang berkarakter majemuk.
8. Laku hambeging Agni
Pemimpin
hendaknya memiliki sifat mulia dari api (agni), yang selalu mendorong
rakyatnya memiliki sikap nasionalisme. Seperti api, berarti pemimpin juga harus
memiliki prinsip menindak yang bersalah tanpa pilih kasih. Api bisa membakar
apa saja, menghanguskan semak-semak, menerangkan yang gelap. Bisa bersabar
namun juga bisa sangat marah membela rakyatnya jika dizolimi dan tetap memiliki
pertimbangan berdasarkan akal sehat dan bisa dipertanggungjawabkan.
Dari uraian
diatas, dapat disimpulkan bahwa untuk efektifitasnya suatu organisasi, seorang
pemimpin hendaknya memiliki ciri tersebut. Selain itu kemampuan dalam
berkomunikasi juga sangat dibutuhkan. Sebab dalam menjalankan suatu organisasi
akan terjalin interaksi antara orang-orang yang berada di dalam maupun diluar
organisasi. Untuk itu hubungan vertikal antara pimpinan dan bawahan dan
hubungan horizontal antara sesama rekan sejawat harus dipelihara diantara
keduanya agar kerjasama dapat berjalan dengan baik.
C. Hakikat
Pemimpin
“Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang
mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya
dengan menggunakan kekuasaan.”
Dalam
kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk mengerahkan dan
mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Pada tahap pemberian tugas pemimpin harus memberikan arahan dan bimbingan yang
jelas, agar bawahan dalam melaksanakan tugasnya dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan mudah.
Dengan
demikian kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara
pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota
dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya
dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat
mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin
suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan,
yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin
diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana
apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai
tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
D. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Aktifitas Pemimpin
Dalam
melaksanakan tugasnya dalam kepemimpinan seoarang pemimpin dipengarui oleh beberapa
factor. Faktor-faktor tersebut sebagaimana dikemukakan oleh
H. Jodeph Reitz (1981) yang dikutif
Nanang Fattah, sebagai berikut :
a.
Kepribadian
(personality), pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, hal ini mencakup
nilai-nilai, latar belakang dan pengalamannya akan mempengaruhi pilihan akan
gaya kepemimpinan.
b.
Harapan dan
perilaku atasan.
c.
Karakteristik,
harapan dan perilaku bawahan mempengaruhi terhadap apa gaya kepemimpinan.
d.
Kebutuhan
tugas, setiap tugas bawahan juga akan mempengaruhi gaya pemimpin.
e.
Iklim dan
kebijakan organisasi mempengaruhi harapan dan perilaku bawahan.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka jelaslah
bahwa sukses gagalnya suatu kepemimpinan dipengaruhi oleh factor-faktor yang tersebut, oleh sebab itu suatu tujuan akan tercapai apabila
terjadinya keharmonisan dalam hubungan atau interaksi yang baik antara atasan
dengan bawahan, di samping dipengaruhi oleh latar belakang yang dimiliki
pemimpin, seperti motivasi diri untuk berprestasi, kedewasaan dan keleluasaan
dalam hubungan social dengan sikap-sikap hubungan manusiawi.
E. Peranan
Pemimpin
Selanjutnya
peranan seorang pemimpin sebagaimana dikemukakan oleh M. Ngalim Purwanto,
sebagai berikut :
1.
Sebagai
pelaksana (executive)
2.
Sebagai
perencana (planner)
3.
Sebagai
seorangahli (expert)
4.
Sebagai
mewakili kelompok dalam tindakannya ke luar (external group representative)
5.
Sebagai
mengawasi hubungan antar anggota-anggota kelompok (controller of internal relationship)
6.
Bertindak
sebagai pemberi gambaran/pujian atau hukuman (purveyor of rewards and
punishments)
7.
Bentindak
sebagai wasit dan penengah (arbitrator and mediator)
8.
Merupakan
bagian dari kelompok (exemplar)
9.
Merupakan
lambing dari pada kelompok (symbol of the group)
10. Pemegang tanggung jawab para anggota kelompoknya
(surrogate for individual responsibility)
11. Sebagai pencipta/memiliki cita-cita (ideologist)
12. Bertindak sebagai seorang aya (father figure)
Berdasarkan
dari peranan pemimpin tersebut, jelaslah bahwa dalam suatu kepemimpinan harus
memiliki peranan-peranan yang dimaksud, di samping itu juga bahwa pemimpin
memiliki tugas yang diembannya, sebagaimana menurut M. Ngalim Purwanto, sebagai
berikut :
a.
Menyelami
kebutuhan-kebutuhan kelompok dan keinginan kelompoknya.
b.
Dari keinginan
itu dapat dipetiknya kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar
dapat dicapai.
c.
Meyakinkan kelompoknya
mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis dan mana
yang sebenarnya merupakan khayalan.
Tugas pemimpin
tersebut akan berhasil dengan baik apabila setiap pemimpin memahami akan tugas
yang harus dilaksanaknya. Oleh sebab itu kepemimpinan akan tampak dalam proses
di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau menguasai
pikiran-pikiran, perasaan-perasaan atau tingkah laku orang lain.
Untuk
keberhasilan dalam pencapaian suatu tujuan diperlukan seorang pemimpian yang
profesional, di mana ia memahami akan tugas dan kewajibannya sebagai seorang
pemimpin, serta melaksanakan peranannya sebagai seorang pemimpin. Di samping
itu pemimpin harus menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan,
sehingga terciptanya suasana kerja yang membuat bawahan merasa aman, tentram,
dan memiliki suatu kebebsan dalam mengembangkan gagasannya dalam rangka
tercapai tujuan bersama yang telah ditetapkan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Seorang pemimpin dalam realitasnya memiliki tipe-tipe
kepemimpinan yang berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya. Tipe-tipe
tersebut diantaranya adalah:
1.
Tipe
kepemimpinan pribadi
2.
Tipe
kepemimpinan non pribadi
3.
Tipe
kepemimpinan otoriter/militer
4.
Tipe
kepemimpinan demokratis
5.
Tipe
kepemimpinan paternalis/maternalistic
6.
Tipe
kepemimpinan menurut bakat/ kharisma
7.
Tipe
kepemimpinan Laizes faire
8.
Tipe
kepemimpinan populis
9.
Tipe
kepemimpinan administrative/esekutiv
Pada
dasarnya Tipe kepemimpinan
ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena pada dasarnya semua
jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, tergantung pada situasi dan kondisi. Oleh
karena itu dalam aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai
dengan situasi dan kondisi yang menuntut diterapkannnya gaya kepemimpinan
tertentu untuk mendapatkan manfaat.
Pemimpin
pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk memepengaruhi
perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan kekuasaan. Dan sukses tau tidaknya suatu kepemimpinan
dipengaruhi oleh pribadi pemimpin, bawahan dan situasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Asrori Ircham. 2010. Makalah Leadership, Tipe-tipe Kepemimpinan. IAIN Sulthan Thoha
Syaifudin: Jambi
Nawawi, Hadari. 1993. Kepemimpinan Menurut Islam. Gadjah Mada University Press:
Yogyakarta
Supardo, Susilo. 2006. Kepemimpinan Dasar-dasar dan Pengembangannya. Andi: Yogyakarta
Veithsal dan Deddy. 2010. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. PT. Raja Grafindo Persada:
Jakarta
1 komentar:
trmasih,, tolong jelaskan tipe kepemimpinan Soeharto berdasarkan peerspektif psikohistoris
Post a Comment